Page 81 - ummi test
P. 81

Saat Kehilangan



              itu Datang









                 afshah binti Sirin   mengeluarkan asap sehingga   ‘Minumlah wahai ibu, karena
                 adalah seorang       sang ibu tidak terganggu. Itu   sebaik-baik susu adalah
           Hwanita mulia, salah       ia lakukan setiap malam di   yang berada pada kelenjar
           satu tabi’in yang terkenal   musim dingin sebagai rasa   susu sejak malam harinya’.
           keteladanannya dalam       hormat dan bakti kepada   Kemudian dia wafat, maka
           ibadah dan kecakapannya    ibunya.”                  Allah berikan kepadaku
           dalam bidang fiqih juga      Adakalanya Huzail juga   kesabaran. Walaupun begitu,
           pemahamannya yang          membawakan susu unta      aku dapati rasa sesak di
           mendalam mengenai Al-      untuk sang ibu—meski ia   dadaku, yang hampir aku
           Qur’an dan hadits. Hafshah   tahu sang ibu setiap hari   tidak tenang dengannya.”
           memiliki tempat khusus,    berpuasa kecuali pada        Hingga pada suatu
           seperti mushala, di dekat   dua Hari Raya dan hari-  malam, Hafshah tilawah
           rumahnya sebagai tempatnya   hari tasyrik. Pada suatu   Qur’an sampai pada Surat
           beribadah. Hafshah masuk ke   siang, Huzail membawakan   An-Nahl ayat 96: “Apa yang
           tempat tersebut pada waktu   sebaskom susu unta dan   ada di sisimu akan lenyap, dan
           Zuhur, dan baru keluar lagi   Hafshah melontarkan sebuah   apa yang ada di sisi Allah adalah
           saat matahari mulai meninggi   tanya retoris: “Wahai anakku,   kekal. Dan sesungguhnya Kami
           keesokan harinya. Saat keluar   engkau tidak tahu kalau aku   akan memberi balasan kepada
           itu ia gunakan untuk tidur   tidak akan meminumnya?   orang-orang yang sabar dengan
           dan mengambil air wudhu.   Aku sedang berpuasa.” Huzail   pahala yang lebih baik dari apa
           Sebuah riwayat mengatakan   pun berkata; “Wahai Ibuku,   yang telah mereka kerjakan.”
           bahwa Hafshah menjalani    ini adalah susu unta yang   Seketika, rasa sesak dan sedih
           rutinitas tersebut hingga 30   paling enak. Ambillah sesuka   di dadanya berangsur hilang.
           tahun lamanya.             hatimu.” Meski Hafshah       Itulah potret Hafshah binti
              Adalah Huzail, sang anak,   bahagia dengan cinta kasih   Sirin, seorang ahli ibadah, ahli
           yang senantiasa memastikan   anaknya, tapi ia lebih memilih   Qur’an, tabi’in perempuan
           sang ibu dapat beribadah   ridha Allah. Ia kemudian   yang terdepan, sekaligus
           dengan khusyuk. Hisyam bin   membagi-bagikan susu itu   seorang ibu yang ditinggalkan
           Hassan mengisahkan; “Huzail   kepada fakir miskin.   lebih dulu oleh sang anak
           selalu mencari kayu bakar    Allah kemudian menguji   tercinta ke kampung akhirat.
           pada musim panas, untuk    Hafshah. Huzail menemui   Darinya kita belajar bahwa
           menghangatkan ibunya di    ajalnya lebih dulu. Begitu   kesedihan karena kehilangan
           musim dingin. Beliau kupasi   dalam kesedihan yang   itu hal yang niscaya, dan
           kulit kayu tersebut dan yang   dirasakan Hafshah. Ia   obatnya adalah sabar dan
           diambil adalah kayu bagian   mengenang, “Dia (anakku)   percaya bahwa Allah swt pasti
           dalam, lalu memotongnya    memerah susu unta pada    akan memberikan ganti yang
           menjadi kecil. Jika dibakar,   pagi hari, kemudian dia   lebih baik.
           kayu tersebut tidak banyak   mendatangiku dan berkata:              Aida Hanifa





                                                                                  O K T O B E R  2017

     Ummi-10 Kat-4, Hal 49-88_OK.indd   65                                           9/22/2017   11:55:26 PM
   76   77   78   79   80   81   82   83   84   85   86