Page 253 - Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1 by Ibnu Katsir_Neat
P. 253
pun menasakh perintah-Nya untuk menghadap ke Baitulmaqdis. Dia pun
berfirman:
0 0 , .J. J . ... J .J. ,. • • • ,. .; ,. J ,.
� � � �;..J IJ} tJs' � �J ri/JI � � � �J J; �:;:. � :XJ �
.J.
J
" ....
.J.
J
� �� �;..J IJ} tJs' � �J ri/JI
J 0
•
,.
'Van dari mana saja engkau keluar, maka palingkanlah w a j ahmu ke arab M as jidil
haram. Dan di mana saja kalian her ada, maka palingkanlah wajah kalian ke arah
nya. " (QS. Al-Baqarah: 150).
Ibnu J arir mengatakan, para ulama yang lain mengemukakan: "Ayat ini
turun kepada Rasulullah fa sebagai pemberian izin dari Allah bagi beliau untuk
mengerjakan shalat sunnah dengan menghadap ke arah mana saja ia menghadap,
ke barat maupun ke timur, sesuai dengan arah perjalanannya, dalam keadaan
perang sedang berkecamuk, dan dalam keadaan sangat takut."
Abu Kuraib pernah menceritakan kepada kami dari Ibnu Umar, ''Bahwa
sanya ia pemah mengerjakan shalat ke arah mana saja binatang kendaraannya
menghadap."
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Rasulullah fa juga melakukan
hal seperti itu dalam menafsirkan ayat ini, � �� �� � 1)j �ti � ''Maka ke mana
pun kalian menghadap di situ wajah Allah. H adits ini diriwayatkan oleh Imam
"
Muslim, at-Tirmidzi, an-Nasa'i, Ibnu Abi Hatim, Ibnu Mardawaih melalui be
berapa jalan dari Abdul Malik bin Abi Sulaiman. Dan dalam Kitab Shahihain,
hadits itu berasal dari Ibnu Umar dan Amir bin Rabi'ah tanpa menyebutkan
ayat 1tu.
Sedangkan dalam kitab Shahih al-Bukhari diriwayatkan sebuah hadits
dari Nafi', dari Ibnu Umar, bahwa ia pemah ditanya mengenai shalat Khauf dan
(pengaturan) shafnya. Lalu ia mengatakan: "Jika rasa takut sudah demikian
mencekam, maka mereka mengerjakannya dalam keadaan berjalan di atas kaki
mereka atau sambil berkendaraan, dengan menghadap kiblat atau tidak meng
hadapnya."
Nafi' menuturkan: "Aku tidak mengetahui Ibnu Umar mengatakan hal
itu kecuali bersumber dari Nabi A."
Permasalahan:
Dalam riwayat yang mashur dari Imam Syafi'i, dia tidak membeda
kan antara perjalanan biasa maupun perjalanan dalam menghadapi musuh.
Keduanya boleh mengerjakan shalat sunnah di atas kendaraan. Demikian pula
pendapat Abu Hanifah. Berbeda dengan pendapat Imam Malik dan jama'ah
nya. Sedangkan mengenai pengulangan shalat karen� adanya kesalahan yang
tampak jelas da1a menghadap kiblat, maka da1a hal ini terdapat dua pendapat.
234 Tafsir lbnu