Page 26 - Alifia Nurul Safira (22291001), Maolida Ahmalia (22290125), Khotibul Umam (22291005), M. Rizwan Hasyim (22291006) Dalam lingkungan sekolah elit yang penuh dengan tekanan sosial, enam remaja menghadapi konflik, diskriminasi, dan perundungan yang merongrong keseharian mereka. Titus, seorang siswa dengan kebanggaan akan identitasnya, berjuang untuk bersuara melawan ketidakadilan, meskipun teman- temannya seperti Amira menunjukkan sikap ambigu. Didorong oleh bimbingan Pak Tedy, seorang guru bijaksana, kisah ini mengungkap kebenaran yang selama ini terbungkäm, mengajarkan arti empati, keberanian, dan pentingnya menghormati perbedaan.
P. 26

ABOUT THE AUTHORS

               1.  Alifia Nurul Safira
                                        Alifia Nurul Safira lahir di Bima, Nusa Tenggara Barat, serta tumbuh dan
                                        besar di kota kecil tersebut. Saat ini ia menempuh pendidikan di
                                        Universitas Pendidikan Mandalika pada program studi Pendidikan Bahasa
                                        Inggris. Ia juga bekerja paruh waktu sebagai guru Bahasa Inggris di suatu
                                        tempat kursus di kota Mataram.
                                        Alifia Nurul Safira was born in Bima, West Nusa Tenggara, and grew up
                                        in that small town. She is currently studying at Mandalika University of
                                        Education in the English Education study program. She also works part-
                                        time as an English teacher at a course center in Mataram city.

                                        Meski sebelumnya sempat memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliah,
                   namun ia percaya bahwa mimpinya untuk menebar ilmu pengetahuan dan meraih pendidikan
                   hingga ke luar negeri hanya dapat tercapai jika ia mau memulai. Ia mengingat sebuah pesan dari
                   kepala sekolahnya saat di Madrasah-Pak Arifin, ia berkata bahwa "Where there is a will there is
                   way". Maka dari sana ia bertekad untuk membuka jalan bagi mimpinya serta memfasilitasi
                   dirinya untuk terus mencari ilmu hingga ke tempat yang jauh agar ia dapat menebar ilmu
                   pengetahuannya dan bermanfaat bagi orang lain.
                   Although she had previously decided not to continue her studies, she believes that her dream to
                   spread knowledge and achieve education abroad can only be achieved if she is willing to start.
                   She remembers a message from her principal at Madrasah-Pak Arifin, who said that “Where
                   there is a will there is a way”. So from there she was determined to pave the way for her dream
                   and facilitate herself to continue to seek knowledge to distant places so that she could spread her
                   knowledge and benefit others.
               2.  Maolida Ahmalia

                                       Maolida Ahmalia lahir di Lombok, Nusa Tenggara Barat, dan
                                       menghabiskan masa kecil serta besar di Sumbawa. Saat ini, ia menempuh
                                       pendidikan di Universitas Pendidikan Mandalika (Undikma) pada program
                                       studi Bahasa Inggris. Sebelumnya, ia menyelesaikan pendidikan menengah
                                       atas di SMAN 1 Alas Barat, tempat yang menjadi titik awal perjalanannya
                                       dalam dunia akademik dan pengembangan diri.

                                       Maolida Ahmalia was born in Lombok, West Nusa Tenggara, and spent her
                                       childhood and upbringing in Sumbawa. Currently, she is studying at
                                       Mandalika University of Education (Undikma) in the English study
                                       program. Previously, she completed her high school education at SMAN 1
               Alas Barat, a place that became the starting point of her journey in the academic world and self-
               development.


               Meskipun sering merasa pesimis, ia tetap berusaha menjalani hidup dengan semangat untuk berbagi
               kebahagiaan kepada orang lain. Kutipan dari Kim Junkyu menjadi pengingat baginya:  "Sesulit apa
               pun keadaan, jangan lupa untuk selalu menebar image kebahagiaan untuk orang lain."  Baginya,
               kutipan ini bukan hanya nasihat, tetapi juga sebuah prinsip untuk tetap memberi dampak positif
               kepada orang di sekitarnya, apa pun situasi yang ia hadapi.





                                                                                                       22
   21   22   23   24   25   26   27   28