Page 24 - Alifia Nurul Safira (22291001), Maolida Ahmalia (22290125), Khotibul Umam (22291005), M. Rizwan Hasyim (22291006) Dalam lingkungan sekolah elit yang penuh dengan tekanan sosial, enam remaja menghadapi konflik, diskriminasi, dan perundungan yang merongrong keseharian mereka. Titus, seorang siswa dengan kebanggaan akan identitasnya, berjuang untuk bersuara melawan ketidakadilan, meskipun teman- temannya seperti Amira menunjukkan sikap ambigu.
Didorong oleh bimbingan Pak Tedy, seorang guru bijaksana, kisah ini mengungkap kebenaran yang selama ini terbungkäm, mengajarkan arti empati, keberanian, dan pentingnya menghormati perbedaan.
P. 24
CHAPTER V
RESOLUSI (RESOLUTION)
Setelah rapat selesai serta Revan dan Siska mendapatkan hukumannya, kini Titus
mulai merasakan ketenangan dalam hidupnya dan ia tidak lupa berterimakasih kepada pak
Tedy yang sudah membantu dia dari awal kasus itu hingga semua kebanarannya terungkap.
After the meeting was over and Revan and Siska got their punishment, now Titus began to
feel calm in his life and he did not forget to thank Mr. Tedy who had helped him from the
beginning of the case until all the truth was revealed.
Pak Tedy: (berbicara dengan lembut kepada Titus setelah rapat selesai)
"Kau sudah melalui banyak hal, Titus. Aku bangga padamu karena kau tetap kuat dan tidak
jatuh ke dalam lingkaran kebencian."
Mr. Tedy: (speaking softly to Titus after the meeting) “You've been through a lot, Titus. I'm
proud of you for staying strong and not falling into the cycle of hatred.”
Titus: (tersenyum kecil) "Terima kasih, Pak. Rasanya masih sulit, tapi setidaknya sekarang
semuanya sudah jelas."
Titus: (smiles a little) “Thank you, sir. It's still difficult, but at least now everything is clear.”
Pak Tedy: (mengangguk bijak) "Yang penting adalah kau tahu bahwa kebenaran akhirnya
muncul. Teruslah bangga dengan dirimu sendiri, Titus."
Mr. Tedy: (nodding wisely) “What's important is that you know that the truth has finally
emerged. Continue to be proud of yourself, Titus.”
Titus mengangguk, merasa sedikit lebih kuat setelah semua yang terjadi. Sementara itu,
Amira berdiri di dekat mereka, menatap Titus dengan perasaan bersalah yang masih
tertinggal.
Titus nodded, feeling a little stronger after everything that had happened. Meanwhile, Amira
stood near them, looking at Titus with lingering guilt.
Amira: (dengan suara pelan) "Titus... maafkan aku. Aku harusnya ada untukmu."
Amira: (in a low voice) “Titus... I'm sorry. I should have been there for you.”
Titus: (menatap Amira dengan mata yang tajam, tetapi penuh pemahaman)
"Aku berharap kau bisa lebih baik setelah ini, Amira. Jangan biarkan ketakutan membuatmu
memilih jalan yang salah lagi."
Titus: (looks at Amira with sharp, but understanding eyes) “I hope you can do better after
this, Amira. Don't let fear make you choose the wrong path again.”
20