Page 19 - Alifia Nurul Safira (22291001), Maolida Ahmalia (22290125), Khotibul Umam (22291005), M. Rizwan Hasyim (22291006) Dalam lingkungan sekolah elit yang penuh dengan tekanan sosial, enam remaja menghadapi konflik, diskriminasi, dan perundungan yang merongrong keseharian mereka. Titus, seorang siswa dengan kebanggaan akan identitasnya, berjuang untuk bersuara melawan ketidakadilan, meskipun teman- temannya seperti Amira menunjukkan sikap ambigu. Didorong oleh bimbingan Pak Tedy, seorang guru bijaksana, kisah ini mengungkap kebenaran yang selama ini terbungkäm, mengajarkan arti empati, keberanian, dan pentingnya menghormati perbedaan.
P. 19

Mr. Tedy: (in a calmer, but still serious tone) “I will report this incident to the principal. But
               before that, I want you all to understand one thing: here, there is no room for violence,
               racism or bullying of any kind. From now on, I will make sure that you get proper guidance.
               This will not end with punishment alone, but also learning.”


               Revan dan Siska tetap diam, meski terlihat kesal. Albi menunduk, merasa bersalah. Amira
               perlahan mundur, merasa bingung dengan tindakannya sendiri. Titus akhirnya menatap Pak
               Tedy dengan rasa syukur, namun masih merasakan luka akibat perundungan yang
               dialaminya.

               Revan and Siska remained silent, though visibly upset. Albi looked down, feeling guilty.
               Amira slowly backed away, feeling confused by her own actions. Titus finally looked at Mr.
               Tedy with gratitude, but still felt the wounds from the bullying he had experienced.













































                                                                                                       15
   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24