Page 14 - Alifia Nurul Safira (22291001), Maolida Ahmalia (22290125), Khotibul Umam (22291005), M. Rizwan Hasyim (22291006) Dalam lingkungan sekolah elit yang penuh dengan tekanan sosial, enam remaja menghadapi konflik, diskriminasi, dan perundungan yang merongrong keseharian mereka. Titus, seorang siswa dengan kebanggaan akan identitasnya, berjuang untuk bersuara melawan ketidakadilan, meskipun teman- temannya seperti Amira menunjukkan sikap ambigu. Didorong oleh bimbingan Pak Tedy, seorang guru bijaksana, kisah ini mengungkap kebenaran yang selama ini terbungkäm, mengajarkan arti empati, keberanian, dan pentingnya menghormati perbedaan.
P. 14

CHAPTER III

                                    TEKANAN MEMUNCAK (PRESSURE PEAKING)


                       Di halaman belakang sekolah. Tempat ini sepi, jauh dari pantauan guru, dan sering
               digunakan siswa untuk berkumpul atau mengobrol santai. Revan dan Siska terlihat
               bermesraan di sana, berpelukan di dekat dinding. Titus, yang tak sengaja lewat, melihat
               mereka. Kejadian ini memicu kemarahan Revan karena ia merasa Titus tidak pantas melihat
               atau berada di dekat mereka. Albi juga ada di sana, mengikuti Revan seperti biasa. Amira
               muncul belakangan, menyaksikan kejadian dari kejauhan.


               In the backyard of the school. It's a quiet place, away from the eyes of teachers, and is often
               used by students to hang out or chat casually. Revan and Siska were seen making out there,
               hugging near the wall. Titus, who was accidentally passing by, saw them. This incident
               triggered Revan's anger because he felt Titus did not deserve to see or be near them. Albi was
               also there, following Revan as usual. Amira appeared later, watching the events from a
               distance.


               Revan: (berhenti bermesraan, menyadari kehadiran Titus, wajahnya langsung berubah kesal)
               "Heh, Titus! Ngapain kau di sini, hah?”

               Revan: (stops making out, noticing Titus' presence, his face instantly turns annoyed) “Heh,
               Titus! What are you doing here, huh?”

               Titus: (berusaha tetap tenang, tapi terkejut dengan reaksi Revan) "Aku cuma lewat. Ini
               halaman sekolah, aku nggak sengaja melihat kalian."


               Titus: (trying to remain calm, but surprised by Revan's reaction) “I was just passing by. This
               is the schoolyard, I didn't see you guys by accident.”


               Siska: (tertawa sinis sambil merapat ke Revan) "Oh, jadi sekarang kau suka ngintip, ya?
               Kamu nggak punya urusan di sini. Cepat pergi dari sini."


               Siska: (laughing sarcastically while leaning closer to Revan)“Oh, so you like peeping now,
               huh? You have no business being here. Get out of here.”

               Revan: (mendekat dengan sikap agresif, menatap Titus dari atas ke bawah) "Dengar, aku
               nggak suka kau ada di dekat kami. Siapa kau, hah? Dengan kulitmu yang kayak gitu, nggak
               pantas ada di sini. Apalagi lihat aku sama Siska!"


               Revan: (approaches in an aggressive manner, looking Titus up and down) “Look, I don't like
               you being around us. Who are you, huh? With your skin like that, you don't belong here.
               Especially looking at me and Siska!”

               Titus: (mencoba melawan dengan kata-kata, meski sedikit gugup)
               "Ini bukan urusanmu, Revan. Aku nggak ganggu kalian. Aku punya hak sama kayak kau di
               sini."


               Titus: (trying to fight back with words, albeit a little nervously) “This is none of your
               business, Revan. I'm not bothering you. I have as much right to be here as you do.”


                                                                                                       10
   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19