Page 21 - Alifia Nurul Safira (22291001), Maolida Ahmalia (22290125), Khotibul Umam (22291005), M. Rizwan Hasyim (22291006) Dalam lingkungan sekolah elit yang penuh dengan tekanan sosial, enam remaja menghadapi konflik, diskriminasi, dan perundungan yang merongrong keseharian mereka. Titus, seorang siswa dengan kebanggaan akan identitasnya, berjuang untuk bersuara melawan ketidakadilan, meskipun teman- temannya seperti Amira menunjukkan sikap ambigu.
Didorong oleh bimbingan Pak Tedy, seorang guru bijaksana, kisah ini mengungkap kebenaran yang selama ini terbungkäm, mengajarkan arti empati, keberanian, dan pentingnya menghormati perbedaan.
P. 21
Revan langsung tegang mendengar hal itu, wajahnya berubah, tapi ia berusaha tetap tenang.
Siska berhenti tertawa, menyadari situasi semakin serius. Albi terlihat semakin cemas,
sementara Titus menunduk, merasa sedikit lega tapi juga terkejut bahwa ada bukti nyata
tanpa dia harus bertindak lebih lanjut.
Revan immediately tensed up at that, his face contorted, but he tried to remain calm.Siska
stopped laughing, realizing the situation was getting serious.Albi looked increasingly
anxious, while Titus looked down, feeling slightly relieved but also surprised that there was
real evidence without him having to act further.
Revan: (berdiri dengan marah, mencoba membela diri) "Pak, itu cuma salah paham! Titus
juga ikut memprovokasi kami. Kami tidak memulai apa-apa!"
Revan:(stands up angrily, trying to defend himself) “Sir, it was just a misunderstanding!
Titus provoked us too. We didn't start anything!”
Pak Tedy: (dengan tenang, menatap Revan) "Salah paham? Rekaman itu menunjukkan
dengan jelas bahwa kau yang memulai kekerasan, Revan. Tidak ada ruang untuk alasan di
sini."
Mr. Tedy: (calmly, looking at Revan) “Misunderstanding? The footage clearly shows that
you initiated the violence, Revan. There's no room for excuses here.
Siska: (berusaha menyela) "Titus juga bukannya nggak salah. Dia selalu berusaha sok kuat di
depan kami!"
Siska: (trying to interrupt) “Titus isn't wrong either. He's always trying to be strong in front
of us!”
Kepala Sekolah: (menatap mereka dengan tegas)
"Kalian sudah melanggar aturan sekolah, baik secara verbal maupun fisik. Dan yang lebih
parah lagi, kami memiliki bukti kuat. Ini bukan tentang siapa yang lebih kuat atau siapa yang
memprovokasi, ini tentang perilaku perundungan yang sama sekali tidak dapat diterima."
Principal: (looking at them sternly) “You have violated the school rules, both verbally and
physically. And to make matters worse, we have strong evidence. This isn't about who's
stronger or who provoked it, this is about bullying behavior that is completely
unacceptable.”
Revan: (mulai panik, mencoba mencari dukungan) "Pak, aku nggak bisa dikeluarkan dari
sekolah ini! Keluargaku sudah berkontribusi banyak untuk sekolah ini. Ini hanya
kesalahpahaman. Aku bisa jelaskan semuanya!"
Revan: (starting to panic, trying to find support) “Sir, I can't be expelled from this school!
My family has contributed a lot to this school. This is just a misunderstanding. I can explain
everything!”
Pak Tedy: (tetap tenang, dengan nada bijak) "Revan, kontribusi keluargamu tidak
memberikan hak untuk memperlakukan orang lain dengan cara seperti ini. Sekolah ini tidak
bisa dibeli dengan uang, dan kami tidak akan menoleransi kekerasan dalam bentuk apa pun."
17