Page 6 - Alifia Nurul Safira (22291001), Maolida Ahmalia (22290125), Khotibul Umam (22291005), M. Rizwan Hasyim (22291006) Dalam lingkungan sekolah elit yang penuh dengan tekanan sosial, enam remaja menghadapi konflik, diskriminasi, dan perundungan yang merongrong keseharian mereka. Titus, seorang siswa dengan kebanggaan akan identitasnya, berjuang untuk bersuara melawan ketidakadilan, meskipun teman- temannya seperti Amira menunjukkan sikap ambigu.
Didorong oleh bimbingan Pak Tedy, seorang guru bijaksana, kisah ini mengungkap kebenaran yang selama ini terbungkäm, mengajarkan arti empati, keberanian, dan pentingnya menghormati perbedaan.
P. 6
Albi: (glances at Titus awkwardly, uncomfortably, but sits still) “Um... Maybe we should just
eat, Rev. It's already noon.” (trying to divert attention)
Revan: (mengabaikan Albi, bicara lebih keras)
"Hei, Titus! Apa kabar di pelosok sana? Sudah ada internet? Atau masih pake kentongan
kalau ada bahaya?" (tertawa keras, disambut tawa Siska)
Revan: (ignores Albi, speaks louder)“Hey, Titus! How are you doing in that remote area?
Do you have internet? Or do they still use bells when there's danger?” (laughs loudly,
greeted by Siska's laughter)
Titus: (mengerutkan kening, mencoba menahan diri, berusaha fokus pada makanannya)
"..."
Titus: (frowning, trying to restrain himself, trying to focus on his food) “...”
Amira: (berbisik kepada Titus, tampak tegang)
"Sudahlah, Titus. Jangan diladenin. Nanti malah tambah parah."
Amira: (whispers to Titus, looking tense) “Never mind, Titus. Don't deal with it. It'll get
worse.”Titus: (berbisik balik, kecewa)
"Kenapa kau selalu bilang begitu? Sampai kapan aku harus diam?"
Amira: (menghindari tatapan Titus, merasa bersalah)
"Ini... demi kebaikanmu juga, Tit. Mereka nggak akan berhenti."
Amira: (avoiding Titus' gaze, feeling guilty) “It's... for your own good too, Tit. They won't
stop.”
Siska: (mendengar percakapan Amira dan Titus, tersenyum licik)
"Amira benar, Titus. Kau diam saja, lebih aman. Pasti berat ya, kulit gelap dan otak pas-
pasan." (tertawa dengan keras lagi)
Siska: (overhears Amira and Titus' conversation, smiling slyly) “Amira is right, Titus. You
keep quiet, it's safer. It must be hard, having dark skin and a mediocre brain.” (laughing
loudly again)
Revan: (menambahkan dengan nada meremehkan)
"Iya, Tit. Kami cuma kasih saran kok. Kamu nggak pantas di tempat ini. Harusnya di
kampung halamanmu, ngurus kebun atau ternak, bukan di sekolah elit."
Revan: (adds in a dismissive tone) "Yes, Tit. We are just giving advice. You don't deserve to
be in this place. It should be in your hometown, taking care of the garden or the livestock, not
in an elite school."
Titus: (mulai terlihat marah, tapi tetap menundukkan kepala, menghela napas panjang)
"Kalian nggak tau apa-apa tentang aku."
Titus: (starts to look angry, but keeps his head down, takes a deep breath) “You don't know
anything about me.”
2