Page 15 - e-modul bab 3 PAI
P. 15
2) Shalat Tarawih berjamaah sebulan Ramadhan penuh dengan 20
rakaat dan Witir 3 rakaat, sebagaimana dilakukan oleh Khalifah
Umar bin Khaththab. Sedangkan Nabi SAW shalat Tarawih hanya
8 rakaat disertai Witir 3 rakaat.
3) Membukukan kitab suci al-Quran yang diprakarsai oleh Khalifah
Abu Bakar kemudian disempurnakan oleh Khalifah Usman.
Padahal Nabi SAW tidak pernah melakukan, apalagi memerin-
tahkannya (Abbas. 1982:165).
Ibadah mahdhah atau ibadah yang berkaitan dengan hubungan
langsung dengan Allah (ritual) ini terdapat dalam rukun Islam,
seperti mengucapkan dua kalimah syahadat, shalat, zakat, puasa dan
haji. Ibadah mahdhah dapat dibedakan antara yang bersifat
badaniyah (fisik) dan maliyah (harta):
1) Bersifat badaniyah, seperti: bersesuci (thaharah) meliputi ibadah
wudhu, mandi, tayammum, cara-cara menghilangkan najis,
pemakaian air dan macam-macamnya, istinja‟, azan, iqamah,
i‟tikaf, doa, shalawat, tasbih, istighfar, umrah, khitan, pengurusan
jenazah, dan lain-lain.
2) Bersifat maliyah, seperti: qurban, aqiqah, al-hadyu, sedekah,
wakaf, fidyah, hibah, dan lain-lain (Darajat, 1984:298).
b. Ibadah Umum (Ghair Mahdhah)
Ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah yang jenis dan
macamnya tidak ditentukan, baik oleh al-Quran atau Sunnah Nabi
SAW, berupa perbuatan apa saja yang dilakukan oleh seseorang yang
dibenarkan oleh agama. Ibadah jenis ini sering diartikan dengan:
“Semua perbuatan yang diizinkan oleh Allah (dan Rasul)” (Putusan
Tarjih, t.t.:276). Contohnya, bekerja mencari penghidupan yang halal
(seperti mengajar, berdagang, bertani dan lain-lain), belajar / kuliah,
menolong sesama, silaturrahim dan sebagainya.
Dalam ibadah umum (ghairu mahdhah) ini berlaku kaidah:
„Semua boleh dilakukan, kecuali yang dilarang oleh Allah dan
Rasul-Nya‟. Ibadah umum ini lebih berkaitan dengan semua kegiatan
manusia, yang dalam terminologi ilmu fikih dikenal dengan
muamalat (artinya: saling berusaha), yang jenisnya tidak dirinci
secara detail, satu persatu. Hal ini mengingat, bahwa hubungan antar
manusia dalam masyarakat selalu berkembang dari waktu ke waktu
seiring dengan dinamika masyarakat, sehingga dalam muamalat ini
oleh Islam cukup ditetapkn prinsip-prinsip dasarnya saja sebagai
acuan pelaksanaannya.
14