Page 14 - e-modul bab 3 PAI
P. 14
“Siapa mengerjakan suatu amalan (ibadah) yang tidak sesuai dengan
perintahku, maka tertolak” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Bila diperhatikan, ternyata faktor-faktor penyebab seseorang
melakukan bid‟ah dalam ibadah khusus ini tidak selamanya karena
kebodohan atau ketidaktahuan dan kesalahan informasi yang
diterimanya. Hal ini bisa juga terjadi karena dorongan jiwa yang ingin
lebih mendekatkan diri kepada Allah sehingga terjerumus kepada
sikap berlebihan dalam melaksanakan ibadah. Contoh, melakukan
takbiratul ihram dalam shalat dengan diulang-ulang beberapa kali
atau mengangkat tangan tinggi-tinggi dalam takbir tersebut sampai di
atas kepala.
Sebaliknya, perbuatan bid‟ah juga dapat dilakukan seseorang
karena sifat malas dalam melakukan ibadah sehingga merobah
ketentuan cara pelaksanannya. Bid‟ah juga dapat terjadi karena
pengaruh tradisi dan adat yang ditinggalkan oleh leluhur, yang
membawa rasa takut akan terjadi bencana jika dilanggar atau
ditinggalkannya (Baca Q.S. al-Baqarah:170 dan al-A‟raf:28). Contoh,
menanam kepala kerbau di tempat yang akan didirikan suatu
bangunan sebagai persembahan kepada (sesuatu yang gaib) yang
dianggap menguasai tempat tersebut, disertai dengan doa-doa dan
mantera yang tidak dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Oleh karena itu, kita seharusnya bersikap ekstra hati-hati dalam
melaksanakan ibadah khusus (mahdhah) ini, dengan mendasarkan
kepada petunjuk yang benar dan kekhusyukan jiwa yang tinggi agar
selamat dari perbuatan bid‟ah yang menyesatkan yang ditolak oleh
Allah SWT. Namun perlu diketahui, sebagian ulama berpendapat
bahwa selain bid‟ah dhalalah yang dilarang, ada bid‟ah hasanah yang
baik, yang tidak dilarang oleh agama, karena merupakan sunnah al-
Khulafa al-Rasyidin (Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali) yang oleh
Nabi SAW diperintahkan mengikutinya. Nabi SAW bersabda:
ِ
ِ ِ
ِ
شا ا ْ ا ء ا ْ ِ و ِ ِ ُ
ََ
َ َ
ُ
َ
ْ ْ َ
ُ َ
ْ َ
َ
ُ
“Hendaklah kamu mengikuti sunnahku dan sunnah al-Khulafa al-Rasyidin
yang mendapat hidayah” (HR. Abu Dawud dan Turmudzi).
Contoh bid‟ah hasanah, antara lain:
1) Dua kali Adzan dalam shalat Jum‟at, seperti yang dilakukan oleh
Khalifah Usman bin Affan, sedang Nabi SAW hanya satu kali
adzan, yaitu sesudah khatib menyampaikan salam dan duduk di
mimbar.
13