Page 143 - dear-dylan
P. 143
SHOCK!
“ADA apa nih? Ada apa?” Gue masuk ke ruang rapat dengan napas ngos-ngosan karena
berlari dari tempat parkir. Setengah jam yang lalu, Ernest menelepon gue, menyuruh gue
datang ke kantor manajemen. SECEPATNYA, katanya. Urusan gawat darurat. Emergency!
Gue sempat mengira gue mungkin akan disuruh Pak Leo menonjok artis baru Pro Music
lagi, supaya mereka bisa masuk infotainment dan jadi ngetop. Lumayan bukan, pekerjaan
sambilan untuk vokalis band yang nganggur karena bandnya yang selalu menyebabkan
kerusuhan sedang nggak diinginkan untuk menggelar konser?
Mending gue mati deh kalau harus masuk infotainment sekali lagi.
“Sini, Lan, sini,” Ernest melambaikan tangannya, memberi isyarat supaya gue mendekat.
Gue dengan bingung menyadari, bahwa Dudy, Dovan, Rey, Bang Budy, Tyo, Asep, dan
bahkan Irvan, juga ada di ruangan ini. Ada juga dua orang yang nggak gue kenal. Tapi semua
berkumpul di sekeliling Ernest, memerhatikan entah apa yang terpampang di laptop di depan
mereka.
Dudy memberi jalan pada gue saat gue mendekat untuk melihat apa yang terpampang di
laptop.
“Lihat ini,” kata Ernest sambil menunjuk monitor laptop. Gue melihat rekaman video
yang di-pause di monitor.
“Apa ini?” tanya gue bingung.
“Rekaman konser kita di Medan. Gue baru dapat dari Z-Mild.” Ernest mengedikkan
kepala pada dua orang yang nggak gue kenal itu, dan mereka mengangguk mengiyakan.
Ternyata mereka dari Z-Mild, merek rokok yang menjadi sponsor utama rangkaian tur
Skillful.
“Tapi... untuk apa?” Gue masih nggak ngerti. Kenapa semua orang berkumpul di sini
cuma untuk nonton video konser kami? Bukannya memang sudah ada di kontrak, rangkaian
tur kami akan direkam dan ditampilkan di TV oleh Z-Mild? Yah... memang untuk konser kali
ini gue belum melihat di TV, mungkin karena semua kerusuhan itu... Tapi kalau gue bisa
milih, gue nggak mau deh disuruh nonton video itu. Gue nggak mau melihat horor kerusuhan
itu berulang di depan mata gue lagi.
“Tolong, Mas,” Ernest memanggil salah satu orang Z-Mild itu, yang langsung memencet
beberapa tombol di laptop. Gue melihat rekaman video itu di-zoom hingga berhenti pada
sekumpulan orang di kerumunan penonton. Gue masih nggak ngerti.
“Tolong perhatikan. Itu yang di Medan. Lalu yang ini,” orang Z-Mild itu memencet
beberapa tombol lagi, “rekaman show kalian di Pekanbaru.” Muncul gambar zoom lagi di
layar, bersebelahan dengan potongan video yang pertama tadi. Mata gue mulai melebar
nggak percaya.