Page 14 - MODUL 5 APRESIASI SENI DAN PEMBELAJARANNFinish
P. 14
Untuk mencapai kompetensi ini pendidik seni wajib mengenal dengan baik
karya seni rupa dan perupa di lingkungannya, sehingga mampu mendeskripsi,
menganalisis, menafsirkan, dan mengutarakan nilai-nilai karya seni rupa sebagai
objek apresiasi.
3. Pendekatan Apresiasi Seni
Pembelajaran Apresiasi dilakukan dengan pendekatan Learning about Art:
pembelajaran apresiasi seni diajarkan untuk melatih kemampuan merasakan
fenomena seni dan estetik peserta didik. Untuk mencapai kompetensi ini, peserta
didik pada awalnya dihadapkan langsung dengan karya seni rupa murni, desain,
dan kria. Para pendidik seni perlu memfasilitasi proses pembelajaran dengan
menyediakan karya seni rupa murni (lukisan, grafis, patung), karya desain (poster,
cover buku, desain tekstil), atau karya-karya seni kriya (ukiran, relief, hiasan)
untuk dipajang di depan kelas, sebagai bahan diskusi. Melalui metode
brainstroming secara bergantian peserta didik diminta memberikan tanggapan dan
perasaannya terhadap karya yang dijadikan sebagai objek apresiasi. Untuk
memperkaya pengalaman estetik maka aktivitas apresiasi dapat dielaborasi
dengan pengalaman merasakan langsung praktik berkarya seni. Dengan aktivitas
itu maka sense of beauty peserta didik akan berkembang, sehingga mereka dapat
menganalisis dan menilai mana karya seni yang kurang baik, baik, dan yang
terbaik.
Proses pembelajaran apresiasi seni, dapat dilakukan melalui metode dan
pendekatan seperti dikemukakan oleh (Sahman, 1993: 153; Soedarso, 1990: 83-
84) yaitu sebagai berikut:
a. Pendekatan aplikatif: Pendekatan ini dilakukan melalui proses penciptaan
seni secara langsung. Hal ini sejalan dengan doktrin Dewey “learning by
doing”
b. Pendekatan Historis: Ditempuh melalui pengenalan sejarah seni. Penciptaan
demi penciptaan, peristiwa demi peristiwa yang masing-masing memiliki
problema sendiri, dibicarakan dan dibahas secara urut.
8