Page 118 - Legenda dari Papua Barat Daya
P. 118

“Baiklah.“  Awailas  masuk  ke  dalam

            lubang  sendirian  karena  tidak  ada  yang

            mau  menemaninya.  Tanpa  mengenal  rasa

            takut, ia pun menyusuri lubang gelap yang

            ternyata cukup lebar dan dalam.


                    Setelah  ia  berjalan  sekitar  sepuluh

            langkah,          Awailas         tertegun.         Dalam

            pandangan  matanya  tampak  kerumunan

            orang  yang  tengah  mengelilingi  seseorang

            yang terbaring di atas dipan. Wajah mereka

            murung, gelisah, bahkan ada yang menangis

            tersedu-sedu.  Terdengar  erangan  kesakitan

            dari orang yang terbujur di atas dipan.



                    Awailas  memberanikan  diri  menyapa

            kerumunan orang yang sedang bersedih itu.

            “Selamat  pagi,  apa  yang  kalian  sedihkan?”

            sapa Awailas.




                                         110                                                                                 111
   113   114   115   116   117   118   119   120   121   122   123