Page 29 - PEMBINAAN POSTULAN
P. 29
Pembinaan Postulan
6. PERTOBATAN FRANSISKUS
1. PENGANTAR
Kita telah menyaksikan “Pesona Fransiskus” sehingga banyak orang yang tertarik bergabung dengannya,
baik para rohaniwan, kaum awam bahkan para kaum perempuan. Namun kita belum sempat membahas secara
rinci makna pertobatannya, baik selama ia masa remaja ataupun setelah pertobatan itu sendiri. Bukanlah suatu
hal yang mudah untuk memahami hal tsb dari kacamata awam, beruntung kita masih memiliki dokumen-
dokumen atau riwayat hidup yang tersisa setelah pemusnahan dikarenakan banyaknya legenda-legenda yang
tidak asli. Masing-masing tulisan emncoba menarik kekudusan, kepahlawanan demi keuntungannya sendiri
atau golongannya. Sementara itu terjadi pula pertikaian dalam tubuh pengikut Fransiskus, karenanya dalam
Sidang Saudara Dina pada tahun 1266 disepakati bahwa tulisan atau karangan Bonaventura sebagai tulisan
satu-satunya yang benar, sementara lain harus dimusnahkan. Buku-buku yang tersisa antara lain ditulis oleh
Thomas dari Celano ada 2 buah (Riwayat I & II), 2 legenda karangan Bonaventura (Legenda Mayor &
Legenda Minor), Legenda Perugia yang ditulis saudara Leo dan rekan-rekannya (diketemukan setelah
permusnahan) Kisah 3 Sahabat yang juga ditulis oleh Saudara Leo, Rufinus dan Angelo, Thomas Celano
yang menyusun buku Riwayat Hidup Fransiskus tatkala kanonisasi kekudusan dituliskan dalam bukunya
yang ke II, dan setelah kanonisasi dalam buku yang III.
2. PERISTIWA DAN PERTOBATAN FRANSISKUS
Dalam riwayat hidupnya, dikisahkan bahwa Fransiskus berencana ikut berperang, baru sampai di kota
Spoleto jatuh sakit, dalam penderitaan sakit malaria, ia merasa mendapat teguran Tuhan:
Siapa mengganjar lebih baik, majikan atau hambanya?
Mengapa engkau meninggalkan majikan untuk menjadi hamba pada tuan yang kaya hanya untuk orang
yang melarat?
Segera ia sadar bahwa apa yang telah ia rencanakan tidak berkenan pada Tuhan, dan segera ia kembali
dari Asisi, meskipun ia diejek dan mendapat cemoohan dari teman-temannya dan masyarakat setempat,
karena tidak pada tempatnya seorang ksatria pulang dengan cara demikian.
Ini merupakan awal pertobatannya, pengalamannya dikuasai kasih Tuhan yang selanjutnya secara radikal
mengubah pola kehidupannya.
Selangkah demi selangkah Fransiskus menemukan jati dirinya dalam berbagai bidang:
1) Bidang rohani: ia menjadi rajin menyendiri dan berdoa serta meditasi.
2) Bidang sosial: ia yang pada dasarnya pemurah menjadi semakin dermawan khususnya pada orang
miskin.
3) Bidang kemasyarakatan: ia keluar dari lingkungan dunianya yang lama dan melayani para
penderita penyakit masyarakat seperti kusta.
Tatkala pada tanggal 24 Januari 1206, tengah ia berlutuh di depan sebuah salib yang bergaya Bisantin di
Gereja San Damiano, tengah Fransiskus berdoa ia merasa bahwa salib tsb seolah menyapanya:
“Fransiskus, tidakkah kau lihat bahwa rumah-Ku nyaris roboh?
Pergilah, perbaikilah itu bagi-Ku”
Inilah masa pencerahan (illumination = Bonaventura) untuk Fransiskus, ia ingin segera memperbaiki
gereja, berbekal pengalamannya tatkala membangun benteng pagar kota Asisi dalam peristiwa perang
Colestrada. Ia belum menyadari bahwa yang diperlukan pada saat itu bukanlah pembangunan fisik,
melainkan pembangunan rohani Gereja. Banyak para anggota gereja pada saat itu dan mungkin pula saat
ini hidupnya tidak sesuai dengan norma-norma yang diajarkan Yesus. gereja mencari kekuasaan dalam
bidang politik, bahkan menjadikan agama sebagai alat kekuasan, para imam bidup sebagai “raja-raja
kecil” dengan berkelimpahanan harta, sehingga banyak menimbulkan perpecahan dalam tubuh Gereja.
Pada tanggal 24 Februari 1209, di gereja dibacakan Injil perihal bagaimana Tuhan Yesus mengutus para
murid-Nya guna mewartakan kabar sukacita yang diambilkan dari Injil Matius 10. Fransiskus dengan
serta merta menanggalkan ikat pinggangnya yang terbuat dari kulit dan menggantinya dengan seutas
49