Page 32 - PEMBINAAN POSTULAN
P. 32

Pembinaan Postulan
               mengadakan perjamuan perpisahan seperti yang dilakukan Yesus, bacaan yang dipilihnya adalah Injil
               Yohanes yang mengisahkan tentang pembasuhan kaki para murid-Nya oleh Yesus. setelah ibadat selesai,
               ia minta jubahnya ditanggalkan, dan diletakkan di tanah dalam keadaan telanjang bulat, ia memberkati
               seluruh  saudara  yang  hadir,  dan  selanjutnya  dimintanya  untuk  melantunkan  “Nyanyian  Saudara
               Matahari”.  Begitu  kidung  selesai  dinyanyikan  ia  mengucapkan:  “Selesailah  sudah”  dan  ia
               menghembuskan nafasnya yang terakhir.

               Begitulah garis besar riwayat hidup Fransikus dari Asisi, seorang yang hidup seturut Injil Yesus Kristus
               secara radikal. Hidup dan kepribadiannya berpengaruh besar pada perkembangan Gereja. Fransiskus tidak
               hanya menjadi idola para pengikutnya, tapi juga mendatangkan kekaguman para cendekiawan gereja
               sebagaimana pater Dr. N.G.M. van Doornik MSC menyebutnya: “Fransiskus dari Asisi sebagai Nabi
               masa kini. (Fransiskus van Asisi, een Profeet voor onze tijd).

               Inilah pesan Fransiskus untuk kita: “Saudara-saudara, marilah kita mulai lagi, sebab sampai sekarang
               kita belum berbuat apa-apa”.

        3.  SPIRITUALITAS
            Fransiskus telah memberi contoh hidup dengan cara melepaskan ikat pinggang, tongkat, kasut, dan hanya
            memiliki satu jubah, bukan suatu hal yang tanpa makna. Secara filosofis pelepasan tsb mempunyai arti dalam
            kehidupan para fransiskan sebagai berikut:
               Ikat pinggang bermakna keinginan untuk memiliki harta duniawi. Ada suatu masa di mana ikat pinggang
               lebar yang banyak dihiasi kantong-kantong untuk menyimpan uang. Dengan melepaskan ikat pinggang
               berarti Fransiskus melepaskan keinginan memiliki harta duniawi.
               Kasut atau sepatu ini lambang kekerasan, para laksar atau tentara senantiasa bersepatu untuk bertempur,
               dan menginjak-injak musuh, dengan melepas sepatu berarti Fransiskus tidak menghendaki kekerasan,
               tetapi cinta damai.
               Tongkat berarti kekuasaan,perhatikan di mana ada timbangan terima kekuasaan dari yang satu pimpinan
               kepada pimpinan yang lain, maka tampuk atau tongkat estafet dipindahkan juga, hal ini berarti Fransiskus
               tidak  menghendaki  suatu  kekuasaan  di  dalam  Gereja.  Kaum  Fransiskan  tidak  dibenarkan  menjadi
               pimpinan Gereja, kecuali tidak ada pilihan lain.
               Hanya memiliki satu jubah artinya kepemilikan hendaknya ditinggalkan, bila seorang Fransiskan pindah
               ke wilayah lain, maka ybs hanya membawa keperluan pribadi saja, sedang yang lain adalah milik tarekat
               harus ditanggalkan.

               Kehadiran Fransiskus pada Konsili Latern IV berdampak pada:
               Penghayatan  akan  Ekaristi  Suci.  Fransiskus  demikian  menghormati  para  imam  yang  merayakannya
               (unjuk misa), karena hanya melalui tangan mereka maka roti dan anggur dapat menjadi tubuh dan darah
               Yesus. jadi seburuk apapun kelakuan para imam, harus tetap kita hormati karena hanya mereka yang
               memperoleh  imamat.  Fransiskus  sangat  menganjurkan  para  Fransiskan  sesering  mungkin  menerima
               tubuh dan darah Yesus.
               Peralatan  misa,  hendaknya  dirawat  sedemikian  rupa  hingga  layak  untuk  merayakan  ekaristi,  jangan
               dibiarkan peralatan misa seperti monstrans, sibori, piala, patena, tempat air, sendok air, dibiarkan sampai
               berkarat atau tidak terawat, demikian pula dengan pakain misa bagi para imam.
               Pada waktu tertentu diharapkan pula melakukan pertobatan secara rutin, para Fransiskan awam dalam hal
               ini sangat ditekankan sebagaimana dituliskan pada Anggaran Dasar OFS.
               Penggunaan Salib Tau sebagai lambang para pengikut Sto. Fransiskus, baik ordo I, II ataupun ordo ke III,
               baik sekular ataupun regular.
               Kidung  Saudara  Matahari  senantiasa  dilantunkan  bagi  “ucapan  selamat  jalan  bagi  pengikut  Sto.
               Fransiskus yang dipanggil menghadap Bapa”, tidak terkecuali para Fransiskan Awam.
               Demikian pula bahwa kematian bagi para Fransiskan bukanlah suatu hal yang perlu ditakutkan, melainkan
               suatu hal yang “indah”, karena akan segera bertemu dengan Bapa, Yesus dan Roh Kudus, serta orang-
               orang pilihan-Nya.




                                                             52
   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37