Page 31 - PEMBINAAN POSTULAN
P. 31

Pembinaan Postulan
               Walden  atau  Donatisme  merupakan  kaum  pembaharu  Gereja,  beranggapan  bahwa  sah  nya  suatu
               sakramen tergantung kesucian sang imam (pastor yang unjuk misa). Dari kaum Waldens ini muncul
               pengakuan iman Kalvins.

               Pada bulan September 1224, Fransiskus disertai saudara Leo dan Masseo, pergi ke tempat sunyi di gunung
               La  Verna  dekat  kota  Arezzo.  Gunung  yang  dijadikan  biara  ini  pemberian  seorang  bangsawan  yang
               bernama Orlando. Kepergian Fransiskus ke gunung La Verna untuk mencari kesunyian guna bersemedi.
               Dalam kekusyukan berdoa ia memperoleh penglihatan ilahi:
               ....... melayang sedikit di atasnya seorang pria  mirip malaikat serafim yang bersayap enam, dengan
               tangan terlentang dan kaki terikat bergantung di salib.
               Dua sayap terangkat di kepalanya, dua sayap terbentang siap untuk terbang dan akhirnya dua sayap
               menyelubungi seluruh tubuhnya. Ketika hamba Allah yang maha tinggi melihat itu, maka ia dipenuhi
               dengan  ketakjuban  yang  amat  besar,  tetapi  ia  tidak  tahu,  apa  gerangan  makna  penglihatan  itu
               baginya......
               Sementara  ia  dengan  akal  budinya  tidak  mengerti  sesuatupun  dengan  pasti  dan  kebaharuan  dari
               penglihatan itu banyak menyibukkan hatinya, maka di tangan dan kakinya mulai nampak tanda-tanda
               paku, sebagaimana baru saja dilihatnya pada pria tersalib yang melayang sedikit di atasnya ......
               Tangan dan kakinya kelihatan tertembus paku di tengah-tengahnya. Adapun kepala paku itu di tangan
               nampak di bagian dalam dan di kaki di bagian atas, sedangkan ujungnya menganjur di sebelah lain.
               Tanda itu di bagian dalam tangannya adalah bundar, dan di bagian luar panjang. Dan secabik daging
               nampak  seakan-akan  ujung  paku,  yang  terpukul  bengkok  dan  terbalik.  Demikian  tanda-tanda  paku
               tertera pula di kakinya dan menganjur di atas daging lainnya. Selanjutnya, lambung kanannya seakan-
               akan tertikam tombak dan menunjukkan perut, yang sering mengeluarkan darah. Sehingga jubahnya dan
               cawatnya sering kena darah suci itu ......... (2 Celano 94,95)

               Penglihatan (penampakan) yang dialaminya menyebabkan tangan, kaki dan lambung menampakkan luka-
               luka  suci  Yesus  yang  tersalib.  Dengan  penuh  kesakitan  bercampur  kegembiraan  dan  kemanisan,
               diterimanya stigmata, atau luka-luka seperti yang Yesus alami, dengan kerendahan hati.

               Tidak banyak para saudara yang mengetahui hal tsb, hanya beberapa di antaranya saudara Leo, Elias,
               Rufinus. Demikian Fransiskus secara fisik semakin serupa dengan Yesus Kristus.

               Dalam peredaran waktu fisik Fransiskus semakin lemah tubunya, berulang kali ia jatuh sakit, namun
               semangat  untuk  tetap  mewartakan  kabar  gembira  Kerajaan  Allah  senantiasa  dirasakan  mampu
               mengalahkan sakit badannya. Saudara Elias mencoba membujuknya dan menyiapkan obat-obatan dari
               bumi, dan tidak diabaikan oleh orang yang arif”. Pada akhirnya Fransiskus mau menerima dan meminum
               obat  yang  disajikan  saudaranya  itu,  yang  sebelumnya  senantiasa  ditolaknya.  Di  samping  Fransiskus
               menderita karena stigmata, ia juga menderita sakit mata yang sangat parah. Merasa berkeinginan kembali
               ke Asisi dan Portiunkula. Dalam perjalanan yang melelahkan ditambah penyakitnya yang kian parah,
               baru sampai di Seian Fransiskus sudah tidak mampu lagi melanjutkannya.

               Uskup  setempat  menerimanya  dengan  tangan  terbuka,  dia  menyediakan  tempat  istirahat  baginya  di
               keuskupan.  Seara  kebetulan,  Kardinal  Hugolinus  tengah  berada  di  Siena  segera,  ia  mengirim  dokter
               pribadinya. Pengobatan dilakukan dengan cara yang berlaku pada waktu itu, yakni membakar pelipus
               Fransiskus dengan beso panas berpijar yang disapa oleh Fransiskus sebagai “saudara api yang sangat
               murni”.

               Di  kota  Siena  inilah  Fransiskus  menuliskan  Wasiatnya  yang  pertama  (1225).  Kemudian  dilanjutkan
               dengan Wasiat Rohani  dan meningatkan para saudara untuk senantiasa hidup berdasarkan Anggaran
               Dasar yang telah disusunnya dan disahkan oleh Paus (1223).

               Atas permintaannya, maka pada bulan September 1226 dipindahkan ke Asisi, dengan dipikul ia dibawa
               ke tempat yang dicintainya. Di Portiunkula di tempat tidur sakitnya ia menyusun sebuah lagu pujian bagi
               Tuhan atas “saudari maut” yang akan menjemputnya.”Nyanyian Saudara Matahari”. Ketika merasa
               ajalnya  semakin  mendekat,  ia  memanggil  seluruh  saudaranya  yang  ada  di  Portiunkula,  ia  menyuruh
                                                             51
   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36