Page 35 - PEMBINAAN POSTULAN
P. 35

Pembinaan Postulan
            dan derma. Lama kelamaan ada orang yang dengan rela melakukan peraturan yang diterapkan oleh Gereja
            pada para pendosa. Gerakan ini telah ada sebelum dan sesudah Fransiskus berkarya.

            Jadi sebelum Fransiskus naik panggung, sejarah telah ada lahan bagi para pentobat. Begitu Fransiskus naik
            panggung, mereka mengikuti dan bergabung dalam spiritualitasnya serta disebarluaskan saudara-saudara dina
            ke mana-mana saja. Saudara-saudara dina sebagai kelompok pengkotbah keliling dalam kesederhanaan dan
            kemiskinan yang dirindukan oleh setiap orang pada masa itu. Nama asalnya para pentobat ini adalah “frater
            et sorotes Poenitentiae”, pada akhir abad XII mulai lebih dikenal sebagai “Tertius Ordo beati Francisti”.
            Inilah kebangkitan rohani.

            Pada awal panggilannya, Fransiskus pun dikenal sebagai poenitens atau pentobat. Itu terjadi setelah peristiwa
            pencerahan atau ilumination di depan Salib San Damiano.

            ...Dan ketika di situ dijumpainya seorang imam miskin, maka dengan hormat dan bakti diciumnya tangan
            yang  terurapi  itu,  lalu  ditawarkannya  kepadanya  uang  yang  dibawanya  dan  diceritakannya  kepadanya
            secara teratur perihal rencananya. Imam itu terperanjat. Ia heran atas perubahan yang begitu cepat, yang
            tidak dapat dipercayai itu; maka iapun tidak mau percaya akan apa yang didengarnya ........
            Tetapi Fransiskus tetap berkeras hati. Ia berusaha keras untuk membuat kata-katanya dipercaya. Dengan
            semakin mendesak ia mohon dan minta dengan sangat kepada imam itu diperbolehkan tinggal bersama
            dengannya. Akhirnya imam itu memperkenankan dia tinggal di situ ..... (1 Cel. 9)

            Apa yang dikisahkan di atas menunjukkan bahwa Fransiskus diterima sebagai “oblatus atau convensus”
            sosok resmi dari seorang poenitens, atau sebagai pentobat. Hal tsb menyebabkan ia luput dari pengadilan
            sipil, dan permasalahannya kepada kardinal setempat.

            Cukup lama Fransiskus dalam tarekat pentobat, dengan jubah berikat pinggang dan bersepatu. Maka nampak
            semakin  jelas  bahwa  masa  pertobatan  itu  sangat  berarti  bagi  kematangan  pribadi  Fransiskus.  Dari
            kematangannya itulah Fransiskus mulai melihat garis besar hidupnya selanjutnya. Setiap kali ada pertanyaan
            “siapakah mereka dan dari mana mereka”, senantiasa dijawab bahwa mereka adalah pentobat dari Asisi.
            sampai tahun 1221 Fransiskus belum membentuk suatu tarekat religius secara resmi, namun telah terbentuk
            persaudaraan lokal. Seperti yang dituliskan Thomas Celano dalam 1 Cel 37 ataupun Sdr Leo dalam KKS XIV
            60, telah banyak kaum yang berkeluarga ikut bergabung, mungkin dapat disimpulkan untuk sementara bahwa
            Ordo I adalah Ordo III Tarekat Pentobat. Hal ini diperkuat dengan Surat Fransiskus Kepada Orang Beriman
            yang ditujukan atau ditulisnya bukan untuk  semua orang beriman secara umum, melainkan khusus bagi
            kelompok dan golongan pentobat.

            Menurut Kajetan Esser OFM (penulis Karya-Karya Fransiskus Asisi) hal tsb menjadi tanda yang terbukti
            bahwa  di  situ  ada  semacam  Anggaran  Dasar  Ordo  Ketiga,  yakni  Tarekat  Pentobat.  Dan  surat  itu  justru
            membuktikan betapa besar perhatian Fransiskus terhadap golongan pentobat itu.

            Oleh karena itu, dapat ditarik kesimpulan sbb:
                   ada kaitannya dengan kelompok pentobat, yang ditujukan bukan pertama-tama saudara-saudari dina,
                   melainkan saudara-saudari dari gerakan pentobat yang tinggal di dalam rumah mereka masing-masing
                   Surat 1 SurBerIm ini memuat ajaran-ajaran yang dia biasanya sampaikan bersama dengan saudara-
                   saudara yang berkeliling, kepada saudara-saudari pentobat.

            Dan yang paling menonjol dalam surat itu adalah cara penyampaian ajaran tsb. Jarang sekali orang membuat
            pelajaran  yang  menarik  mengenai  poenitentia.  Orang  pada  umumnya  tidak  tertarik  dengan  pokok
            pembicaraan semacam itu. Tetapi di dalam surat tsb kita menjanjikan dan menghayati pertobatan sebagai
            hubungan relasi dengan Tuhan, sebagai anak, sebagai pengantin dan sebagai saudara, bahkan sebagai ibu.
            Nilai  cinta  kasih  kepada  Allah  dan  kepada  sesama,  nilai  pengikraran  diri,  nilai  menyambut  Tubuh  itu
            dipadatkan dengan cara begitu enak, hingga kita merasa berhadapan dengan inti seluruh Injil.





                                                             55
   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40