Page 106 - Sejarah HMI Cabang Kendari
P. 106

Peristiwa politik yang terjadi atau isu politik yang ada pada
            saat Mastri menjadi ketum yakni penentuan utusan daerah mewakili
            Sulawesi  Tenggara.  Pada  suatu  sore,  Mastri  Susilo  bertemu  Anas
            Nikoyan,  dosen  Pertanian  salah  satu  senior  HMI,  menyampaikan

            bahwa sekarang ini lagi pembahasan utusan daerah untuk  Sultra.
            Bang Masihu itu akan maju, namun terancam untuk beliau duduk,
            karena ada seseorang yang akan di masukan oleh Golkar.
                   Atas dasar informasi itu maka Mastri melakukan konsolidasi
            dengan teman-teman gerakan. Salah satunya  Aswandi Andi  (saat
            tulisan ini dibuat menjadi Ketua DPRD Sultra), dan Endang. Banyak
            teman lain. Materi konsolidasi yakni agar dapat meloloskan Masihu.
            Tetapi, akhirnya usaha itu gagal karena yang terpilih adalah Agung
            Laksono. Tidak putus asa dengan hal tersebut, usai terpilih maka
            Mastri Bersama  elemen pergerakan  lain menolak  Agung Laksono
            karena bukan putra asli daerah.

                    Dari  proses  penolakan  itu,  datang  Zainudin  Napa  dan
            Jusmani  di  sekretariat  HMI  Cabang  Kendari.  Keduanya
            menyampaikan jangan melakukan penolakan. Rupanya Mastri tidak
            meresponnya  dan tetap menolak  Agung Laksono  sebagai utusan
            daerah.
                   Pada  periode  ini,  ada  kongres.  Sehubungan  dengan  rapat
            pleno  HMI  cabang  Kendari,  ada  mandat  bahwa  pengurus    wajib
            membawa pulang komputer. Atas dasar putusan itu, Mastri Susilo

            mencari  bantuan.  Sepulang  dari kongres  Mastri  masih  di  Jakarta.
            Sebagai ketua cabang bertemu Akbar Tanjung  yang pada saat itu
            ketua DPR. setiap sore datang menunggu dan ketemu bang Akbar
            Tanjung.
                    Selama di Jakarta, Mastri tinggal di Bogor di kos milik Muh.
            Ilyas.    Pada  suatu  hari,  Mastri  bertemu  di  ruangan  tunggu  DPR.
            Akbar Tanjung bertanya: dari mana Dek? Mastri  jawab, dari HMI
            cabang Kendari. Bang Akbar kemudian melanjutkan: Agung Laksono
            dong.  Mastri lalu menjawab: iya. Bang Akbar melanjutkan: katanya


               87
   101   102   103   104   105   106   107   108   109   110   111