Page 111 - Sejarah HMI Cabang Kendari
P. 111
Pada masa ini, gerakan di kalangan perempuan sangat
dinamis. Masa kepemimpinan Salam Hidayatullah sebagai ketum
maka terjadi dualisme HMI-Wati antara Asna Johan dan Nurwati.
Saat itulah Gerakan HMI semakin dinamika karena ada kompetisi
antara HMI Wati. Belum lagi adanya dinamika yang harus di
kendalikan, seperti HMI MPO dan HMI Dipo.
Kegiatan HMI MPO kubu Asna Johan saat itu sangat aktif,
bahkan mengadakan kegiatan sosial yang sebelumnya tidak pernah
di adakan HMI Wati. Sementara itu, aktivis perempuan lain seperti
Emmy Astuti dan Laxmi saat itu terlibat pada acara Fashion Show
yang di adakan untuk kader dan juga ibu -ibu Dharma Wanita dan
PKK. Tempatnya dilaksanakan di Hotel Aden. Bagi Salam
Hidayatullah, berbagai aktivitas dan program dapat memicu
adrenalin dan kemajuan ber–HMI. Sebab, jika ada kompetitor maka
organisasi cenderung aktif karena ada persaingan program. Saat
terjadi MPO di tubuh HMI Wati Salam Hidayatullah sebagai ketua
sempat mengalami “ketegangan” karena para HMI Wati meminta
pertanggung jawaban atas munculnya HMI MPO.
Di sinilah letak kemampuan Salam Hidayatullah sebagai
ketum saat itu. Ia berhasil mengatur dinamika agar program di HMI
cabang Kendari dapat berjalan. Aktivis saat itu menjuluki Salam
yakni massa “Menembus Batas”. Maksudnya seorang ketua cabang
dituntut berpikir dan bersikap tiga kali lebih cepat menentukan
keputusan. Sesungguhnya pada masa ketua cabang Salam
Hidayatullah bukan hanya dinamika munculnya HMI MPO di tubuh
HMI Wati, tetapi juga dinamika eksternal yakni aktivisme La Ode
Kaimuddin.
Meski La Ode Kaimuddin sebagai 01 Sultra, tapi jiwa
aktivisnya tetap melekat. Beliau sering mengunjungi sekretariat HMI
Cabang Kendari yang saat itu baru rampung. Pernah pada suatu
waktu, bang Kaimuddin sudah berada di depan pintu HMI Cabang
untuk membangunkan adik-adik yang masih tidur karena kajian
92

