Page 18 - 8731_Andisipengendangcilik
P. 18

“Tidak salah, Pak ... Ibu kan hanya bertanya, apa

          tidak terlalu dini bagi anak sesusia Andi untuk terlibat
          dalam kesenian ini? Soalnya ....”

                 “Soalnya apa? Takut kesurupan?” Pak Sarjo

          menoleh kepada istrinya. Agak terdiam beberapa saat, Bu
          Suwarmi menjadi canggung dan sedikit takut kalau-kalau
          suaminya marah dan tersinggung atas pertanyaannya.


                 “Bapak hanya berencana agar anak-anak nanti
          bisa menari. Tidak lebih dari itu. Kesenian  ebeg harus
          terus hidup agar warisan leluhur kita tetap terjaga. Soal
          kesurupan itu nanti, Bu, jangan khawatir. Mereka akan
          mengerti pada saatnya nanti.  Sekarang  mereka  hanya

          belajar menari,  berjoget menikmati alunan  gamelan
          dengan riang. Mereka belum mengerti tentang kesurupan
          saat berjoget.” Kata-kata  Pak Sarjo mampu  mengurai

          ketegangan istrinya. Rupanya ia tidak marah seperti yang
          dibayangkan Bu  Suwarmi.  Hatinya lega.  Senyumnya
          sedikit mengembang.


                 “Nantinya, masyarakat pasti lebih senang menonton
          dan ikut  mementaskan tarian ebeg dari kelompok
          anak-anak ini,” jelas Pak Sarjo mantap. Kopi hitamnya
          menyisakan  beberapa tegukan.  Meskipun  sudah  agak
          dingin,  dalam pikiran  Pak  Sarjo  tetap berasa nikmat,

          apalagi ia plong setelah menjelaskan renungannya kepada
          istrinya. Apa yang mengganjal dalam pikirannya terurai
          begitu saja. Rencana-rencananya mengalir rapi.



              8
   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23