Page 40 - 8731_Andisipengendangcilik
P. 40

Pentas perdana pun mulai digelar. Andi tentu

            berada di  barisan  paling  depan. Tangan  kanannya
            memegang  cemeti atau cambuk yang sangat panjang

          untuk  memberikan aba-aba  atau komando gerakan.
            Sementara itu, tangan kirinya memegang kuda kepang.

          Seiring  irama gamelan yang menghentak-hentak,  kaki-
          kaki anak-anak penari ebeg   sudah mulai bergetar.

          Degup jantungnya  mulai tak beraturan.  Ada rasa
          minder atau takut menyelimuti mereka. Arena tersebut

          sudah  dikelilingi  para   penonton  yang berjubel.   Mereka
          mendengar  berita tentang pentas  ebeg anak-anak.  Hal

          baru tersebut menjadikan penonton jauh lebih banyak
            dibandingkan dengan  tahun-tahun sebelumnya.


                 Pak Sarjo berusaha memberikan motivasi  kepada

          anak-anak supaya  tidak perlu memikirkan   penonton.
            “Kalian fokus berjoget saja, ikuti irama gamelan  sebaik-
          baiknya seperti saat latihan kemarin.”


                 Cetttarrrr!  Suara  cambuk  memecah ketakutan

          dan demam panggung mereka. Ya, jiwa dan raga  mereka
          dibangunkan dengan cambukan Andi.   Mereka  mulai

          bergerak  memasuki  arena.  Penonton  riuh   bersorak
          memberikan semangat. Sambil menghentakkan kaki-

          kaki mereka sesuai dengan irama, perlahan semuanya
          memasuki arena. Gemerincing  kaki-kaki  mereka yang



              30
   35   36   37   38   39   40   41   42   43   44   45