Page 44 - 8731_Andisipengendangcilik
P. 44

“Itu, Pak ... kemarin pada tarian ketiga, Andi  merasa

          kurang pas dengan irama kendangnya. Jadi, ketika nada
          sudah saatnya menghentakkan kaki, irama kendang
          selalu terlambat. Mungkin itu bukan untuk irama ebeg.

          Andi merasa kurang sigrak, kurang bersemangat  jadinya.”

                 Pak Sarjo merenung beberapa saat. Ia tidak  mengira

          jika  Andi  yang masih  sekecil  itu  sudah  bisa menilai.
            Dalam   hati  ia juga mempunyai pikiran yang sama.

          Hanya saja   sebagai   pelatih tari yang tidak mempunyai
          kemampuan  mengendang, ia  tidak berani untuk menegur
          pengendang. Apalagi si  pengendang lebih sepuh usianya.

            Kejadian itu sengaja dibiarkan oleh Pak Sarjo. Ternyata
          Andi  menangkap hal itu juga.


                 “Begini, sekarang latihan tetap  berjalan seperti
            biasanya. Kamu abaikan saja, tidak usah dipikirkan.
            Memang  seharusnya  irama kendangnya  sedikit  lebih

            cepat dan lebih keras. Bapak tahu itu.” Pak Sarjo  mencoba
          mengurai  kegundahan  Andi,  tetapi tampaknya tidak
          berhasil.  Andi benar-benar  memerlukan  keharmonisan

          antara irama gending dan gerak tarian. Andi terbukti
          memiliki wirasa yang benar-benar membekas dalam

          nalurinya.

                 “Coba, kalau  sekarang  latihan menari  dikurangi

          waktunya bagaimana?”




              34
   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49