Page 35 - 8731_Andisipengendangcilik
P. 35

Malam makin larut. Setelah memastikan semua

            beres,  Pak  Sarjo  duduk-duduk  di  teras  depan.   Angan-
            angannya melambung untuk  menjadikan Andi seorang
            seniman  yang hebat. Semua ini  bermula  karena  Andi.
            Ketika  besar  nanti ia akan piawai menari dan mejadi
            pemimpin  kelompok kesenian  ebeg. Namanya  akan

            menjadi tenar di wilayah kecamatan dan kabupaten. Andi
            benar-benar menari, berjoget dengan indah, mengayunkan
            cemeti,  mencambuk  segala hal  yang   menjadikan

            penghambat kemajuan dirinya. Ia terus berjoget menaiki
            kuda kepang. Andi seolah-olah terbang  melesat ke awan.
            Sorak-sorai penonton mengelu-elukan  kehebatan Andi.


                   “Ya ...  kamu  hebat, Nak.  Teruslah  berkibar,
              terbanglah setinggi langit! Terus ... terus ... lakukan,
            Nak  ....”  Pak  Sarjo  menyemangati Andi yang  sedang
              memuncakkan kemampuannya.


                   “Pak ... Bapak ..., bangun, sudah hampir pagi.” Bu
            Suwarmi membangunkan Pak Sarjo yang terlelap di kursi
            teras. Ia tahu suaminya sedang berobsesi tinggi terhadap
            anaknya.  Ia pun bangga sebagai seorang ibu yang

              memiliki anak hebat. Namun, ketika suaminya kelelahan
            mempersiapkan segala sesuatunya,  ia selalu berusaha
            membantu dari belakang.


                   “Andi mana, Bu? Apa dia baik-baik saja?” tanya
            Pak Sarjo setengah kaget. Ia sadar kalau ternyata baru
            saja bermimpi.



                                                                      25
   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40