Page 186 - PENARIKAN PRODUK RANITIDIN YANG TERKONTAMINASI N-NITROSODIMETHYLAMINE (NDMA)
P. 186
Judul : BPOM akan Tarik 67 Merek Obat Berbahan Ranitidin Pemicu
Kanker
Nama Media : tirto.id
Tanggal : 11 Oktober 2019
Halaman/URL: https://tirto.id/bpom-akan-tarik-67-merek-obat-berbahan-ranitidin-
pemicu-kanker-ejzE
Tipe Media : Online
tirto.id - Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM) akan menarik 67
merek obat berbahan baku ranitidin
di seluruh apotik di Indonesia.
Kepala BPOM Penny K Lukito
mengatakan, selagi pihaknya tengah
melakukan pengujian terhadap
kandungan obat secara spesifik,
sambil menarik semua obat dari
seluruh produsen dan apotik.
"Pengujian saat ini terus dilakukan. Kami secepatnya ambil langkah dan mengatakan
hold dan kami mengambil semua ranitidin. Mulai sekarang seluruh produk ditarik, kami
temukan ada 67 brand dari zat aktif ranitidin," kata dia di Gedung C BPOM, Salemba,
Jakarta Pusat, Jumat (11/10/2019).
Ia mengatakan, penarikan obat akan berlangsung selama 80 hari. Terhitung pada 4
Oktober 2019, saat BPOM memerintahkan penarikan sejumlah produk obat yang
mengandung ranitidin dari peredaran.
"Kami berikan waktu sampai 80 hari untuk penarikan. Sedianya yang awal kami tarik
itu larutan dan injeksi ya yang biasa digunakan oleh tenaga medis tapi belakangan
ada yang dalam bentuk tabet ya juga [ditarik]," ujarnya.
Perintah penarikan sejumlah produk obat Ranitidin itu berawal dari peringatan US
Food and Drug Administration (US FDA) dan European Medicine Agency (EMA).
Pada 13 September 2019, lembaga pengawas obat di AS dan Eropa itu mengeluarkan
peringatan tentang temuan cemaran Nitrosodimethylamine (NDMA) dalam jumlah
relatif kecil pada sampel produk obat yang mengandung bahan aktif ranitidin. NDMA
merupakan turunan zat Nitrosamin yang dapat terbentuk secara alami. Sementara
menurut hasil studi global, nilai ambang batas cemaran NDMA yang diperbolehkan
adalah 96 nanogram per hari. Jika dikonsumsi melampaui ambang batas itu secara
terus-menerus dalam waktu yang lama, NDMA akan bersifat karsinogenik atau
memicu kanker.
Kandungan ranitidin sendiri untuk beberapa obat di Indoensia memiliki komposisi yang
terlalu besar sehingga memicu karsinogen atau racun pemicu kanker. Obat tersebut