Page 349 - PENARIKAN PRODUK RANITIDIN YANG TERKONTAMINASI N-NITROSODIMETHYLAMINE (NDMA)
P. 349
Judul : Tercemar NDMA, BPOM Medan Surati Industri Tarik Ranitidin
Tablet di Pasaran
Nama Media : indonesiainside.id
Tanggal : 17 Oktober 2019
Halaman/URL: https://indonesiainside.id/ini-network/medan/2019/10/17/tercemar-
ndma-bpom-medan-surati-industri-tarik-ranitidin-tablet-di-pasaran
Tipe Media : Online
Setelah perintah penarikan pada
produk Ranitidin cair dan injeksinya,
kali ini, Badan Pengawasan Obat
dan Makanan Republik Indonesia
(BPOM RI) juga memerintahkan
penarikan pada produk Ranitidin
tablet.
Adapun jenis tablet Ranitidin yang
dilakukan penarikan ialah, Ranitidine
HCl tablet salut selaput 150 mg
produksi PT Pharos Indonesia, Conranin tablet salut selaput 150 mg produksi PT
Armoxindo Farma, Radin tablet salut selaput 150 mg dan Ranitidine HCl tablet salut
150 mg produksi PT Dexa Medica.
Plt Kepala Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) di Medan, Fajar
mengatakan hal ini karena berdasarkan hasil pengujian bahwa kemasan tablet
Ranitidin juga tercemar oleh N-Nitrosodimethylamine (NDMA) yang dikaitkan dengan
risiko penyakit kanker.
“Sesuai dari perintah pusat juga untuk melakukan penarikan terhadap produk tablet.
Bisa dicek juga melalui situs resmi kita,” katanya saat dikonfirmasi wartawan, Kamis
(17/10). Fajar menjelaskan, pasca instruksi penarikan Ranitidin pertama, BPOM terus
melakukan uji laboratorium. Bahkan pengujian terhadap produk Ranitidin tersebut
hingga kini masih dilakukan.
“Kita terus melakukan uji laboratorium terhadap produk Ranitidin. Jadi jika ditemukan
cemaran NDMA, maka kami langsung surati ke industri supaya dihentikan produksi
dan ditarik produknya. Mungkin nanti akan ada rilis terbaru lagi, bila ada temuan
cemaran NDMA lainnya,” terangnya.
Sementara itu, Fajar mengatakan, dalam instruksi penarikan ini, BPOM memberikan
waktu penarikan sampai 80 hari pasca instruksi penarikan awal dikeluarkan. Dalam
waktu tersebut, maka industri beserta distributornya harus melakukan penarikan,
sampai tuntas.
“Setelah itu mereka kan akan melaporkannya ke kita. Di situ nanti baru kita verifikasi
hasilnya di lapangan. Namun bila ternyata masih ada ditemukan yang menjual atau
Ranitidin masih beredar, maka akan ada sanksi namun bentuk sanksinya sejauh ini
masih belum diinstruksikan oleh BPOM RI,” pungkasnya.