Page 18 - Konpers Penindakan Obat Tradisional dan Pangan Olahan
P. 18

Berdasarkan temuan dan fakta di lapangan, para tersangka dapat dijerat dengan
                 ketentuan Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 Pasal 196 Jo. Pasal
                 98 ayat (2) dan ayat (3) serta Pasal 197 Jo.

                 Pasal 106 ayat (1) yang pada intinya menyatakan bahwa setiap orang yang dengan
                 sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi, dan/atau alat kesehatan
                 yang tidak memiliki izin edar dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 tahun
                 dan denda paling banyak 1,5 miliar rupiah.

                 Selain itu, tersangka juga dapat dikenakan hukuman pidana berdasarkan ketentuan
                 Undang-Undang Pangan Nomor 18 Tahun 2012 Pasal 142 Jo. Pasal 91 ayat (1),"
                 tambah Kepala Badan POM.

                 Pasal  ini  menyatakan  bahwa  pelaku  usaha  pangan  yang  dengan  sengaja  tidak
                 memiliki izin edar terhadap setiap pangan olahan yang dibuat di dalam negeri atau
                 yang  diimpor  untuk  diperdagangkan  dalam  kemasan  eceran  dapat  dikenakan
                 hukuman  pidana  penjara  paling  lama  2  tahun  atau  denda  paling  banyak  4  miliar
                 rupiah.

                 "Berdasarkan Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999, Pasal
                 62 ayat (1), tersangka dapat dikenakan hukuman dengan pidana penjara paling lama
                 5 tahun atau pidana denda paling banyak dua miliar rupiah," lanjut Kepala Badan
                 POM.

                 Dalam memberantas kejahatan obat dan makanan, Badan POM mengedepankan
                 upaya pencegahan melalui optimalisasi kegiatan cegah tangkal, siber dan intelijen.
                 Sementara  itu,  untuk  penegakan  hukum  akan  lebih  difokuskan  pada  kejahatan
                 dengan  nilai  ekonomi  tinggi  atau  kualitas  kejahatannya  akan  mempengaruhi
                 kesehatan  masyarakat,  perekonomian,  harga  diri  bangsa  (ketahanan  bangsa)
                 utamanya produk-produk impor dan kejahatan terorganisir.

                 Selama  pandemi  COVID-19,  hasil  operasi  dan  analisa  intelijen  Badan  POM
                 menunjukkan  terjadinya  perbedaan  pola  konsumsi  dan  distribusi  melalui  media
                 online. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), penjualan secara online
                 pada bulan April 2020 bahkan melonjak hingga 480%.

                 Hal  ini  memberikan  peluang  bagi  pelaku  kejahatan  obat  dan  makanan  untuk
                 mengedarkan  obat  dan  makanan  ilegal  dan  tidak  memenuh  persyaratan  melalui
                 media online.

                 Berdasarkan hasil kinerja patroli siber Obat dan Makanan yang dilakukan oleh Badan
                 POM, terjadi peningkatan jumlah tautan/situs yang teridentifikasi mengedarkan obat
                 dan makanan ilegal.

                 Pada tahun 2019, Badan POM berhasil mengidentifikasi 24.573 tautan penjualan
                 Obat dan Makanan ilegal. Jumlah ini meningkat hampir 100% menjadi 48.058 tautan
                 selama semester I 2020.

                 Kepala Badan POM RI, Penny K. Lukito menegaskan bahwa dalam kondisi pandemi
                 COVID-19  Badan  POM  melalui  Kedeputian  Bidang  Penindakan  dan  Balai
                 Besar/Balai POM/Kantor Badan POM di kabupaten/kota di seluruh Indonesia, tetap
   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23