Page 43 - Intensifikasi Pengawasan Pangan Nataru 2020
P. 43
Judul : Jelang Natal dan Tahun Baru 2020, BPOM Temukan Pangan Ilegal
dan Kedaluwarsa
Nama Media : liputan6.com
Tanggal : 23 Desember 2019
Halaman/URL:https://www.liputan6.com/health/read/4140573/jelang-natal-dan-
tahun-baru-2020-bpom-temukan-pangan-ilegal-dan-kedaluwarsa
Tipe Media : Online
Liputan6.com, Jakarta Menjelang
perayaan Natal 2019 dan Tahun
Baru 2020, Badan Pengawas Obat
dan Makanan (BPOM) RI
menemukan sejumlah pangan
olahan ilegal dan kedaluwarsa. Hasil
temuan sampai 19 Desember 2019
menunjukkan ada 50,97 persen
pangan ilegal (96.216 kemasan).
"Jumlah 50,97 persen pangan ilegal maksudnya pangan olahan itu Tanpa Izin Edar
(TIE). Kemudian ada 42,98 persen (81.138 kemasan) pangan kedaluwarsa," papar
Kepala BPOM Penny K Lukito dalam konferensi pers di Kantor BPOM, Jakarta Pusat,
Senin (23/12/2019).
"Saya kira proporsinya ini hampir sama dari tahun sebelumnya (2018). Walaupun
sekarang pangan olahan berasal dari sarana distribusi yang bertambah," tambah
Penny.
Temuan pangan olahan yang ilegal dan kedaluwarsa tahun 2019 diambil sampel dari
2.664 sarana distribusi (data per 19 Desember 2019). Sementara pada tahun 2018
ada 2.169 sarana distribusi.
"Jadi, jumlah sarana distribusi bertambah 20 persen (495 sarana distribusi) yang kami
datangi dan evaluasi," lanjut Penny.
Sebaran Lokasi
Untuk pangan ilegal banyak ditemukan di Bengkulu, Banten, Gorontalo, Riau, Bali,
Papua, Sulawesi Tengah, Jawa Tengah, Lampung, dan Sulawesi Utara.
"Pangan kedaluwarsa di antaranya ditemukan di Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara
Timur, Bengkulu, Sulawesi, dan Papua Barat," Penny melanjutkan.
Selain temuan pangan olahan yang ilegal dan kedaluwarsa, ada juga temuan yang
rusak. Ada 6,05 persen pangan rusak (11.414 kemasan).
Adapun sarana distribusi pangan temuan di atas terdiri dari distributor, importir, grosir,
dan toko. Dalam hal ini, tempat-tempat besar yang punya volume besar ketersediaan
produk-produk tersebut.