Page 95 - Intensifikasi Pengawasan Pangan Nataru 2020
P. 95

produk-produk yang permintaannya meningkat/tinggi pada masa Hari Raya Natal dan
               Tahun Baru seperti parsel makanan, maupun produk impor.

               Secara rinci, sampai dengan tanggal 19 Desember 2019 (tahap III), telah dilakukan
               pemeriksaan terhadap2.664sarana distribusi pangan (ritel, importir, distributor, grosir)
               dengan  hasil1.152  (43,24%)  sarana  distribusi  Tidak  Memenuhi  Ketentuan  (TMK)
               karena  menjual  produk  pangan  ilegal,  rusak,  dan  kedaluwarsa.  "Total
               ditemukan188.768  kemasan  (5.415  item)  pangan  TMK,  dengan  rincian  50,97%
               pangan  ilegal  (96.216  kemasan), 42,98%  pangan  kedaluwarsa  (81.138  kemasan),
               dan 6,05% pangan rusak (11.414 kemasan)," ungkap Penny K. Lukito.

               Jika dibandingkan dengan data intensifikasi pangan Tahun 2018 pada periode yang
               sama, terjadi perluasan cakupan sarana distribusi yang diawasisebanyak 495, yaitu
               dari 2.169 sarana pada 2018 menjadi 2.664 sarana pada 2019. Hal ini dikarenakan
               40 Kantor Badan POM di kabupaten/kota telah aktif melakukan pengawasan untuk
               melengkapi  pengawasan  rutin  yang  dilakukan  sepanjang  tahun  dan  pengawasan
               dengan  target  khusus.sejak  dibentuk  bulan  Agustus  2018.  Peningkatan  cakupan
               pengawasan sarana tersebut, secara umum berdampak pada peningkatan temuan
               pangan TMK dari 164.998 kemasan pada 2018 menjadi 188.768 kemasan pada 2019.

               Berdasarkan lokasi temuan, pangan ilegal banyak ditemukan di Bengkulu, Banten,
               Gorontalo,  Riau,  Bali,  Papua,  Sulawesi  Tengah,  Jawa  Tengah,  Lampung  dan
               Sulawesi Utara. dengan jenis produk berupa Bahan Tambahan Pangan (BTP), teh
               kering, bumbu, minuman berperisa, dan AMDK. Temuan pangan kedaluwarsa banyak
               ditemukan di Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Bengkulu, Sulawesi Tenggara,
               Papua Barat, Maluku Utara, Nusa Tenggara Barat, Maluku, Aceh, dan Kalimantan
               Selatan  dengan  jenis  produk  minuman  serbuk,  bumbu,  minuman  kopi,  makanan
               ringan, dan tepung.

               "Sementara  temuan  pangan  rusak  banyak  ditemukan  di  Sulawesi  Selatan,  Papua
               Barat,  Nusa  Tenggara  Barat,  Nanggroe  Aceh  Darussalam,  Kalimantan  Selatan,
               Bengkulu,  Sulawesi  Barat,  Nusa  Tenggara  Timur,  Sumatera  Utara,  Kepulauan
               Bangka Belitung dengan jenis pangan minuman kopi, permen, Susu Kental Manis,
               minuman berperisa, dan tepung," papar Penny K. Lukito.

               Dalam rangka perlindungan masyarakat maka seluruh produk pangan yang TMK telah
               diturunkan  dari  rak  pajang/display,  diamankan  setempat,  dan  diperintahkan  untuk
               tidak  diedarkan.  Selanjutnya  terhadap  pelaku  usaha  akan  dilakukan  pendalaman
               untuk  menetapkan  sanksi  yang  diberikan,  berupa  sanksi  administratif  atau  perlu
               ditingkatkan ke dalam prosespro-justitia. Kegiatan Intensifikasi Pengawasan Pangan
               Menjelang  Hari  Raya  Natal  dan  Tahun  Baru  ini  dilaksanakan  dengan  tetap
               mengedepankan upaya pembinaan kepada para pelaku usaha.

               Kepala  Badan  POM  menegaskan  Badan  POM  berkomitmen  untuk  melindungi
               masyarakat  dari  kejahatan  Obat  dan  Makanan.  Setiap  pelaku  usaha  di  Indonesia
               harus  mematuhi  segala  peraturan  perundang-undangan  yang  berlaku  termasuk  di
               bidang  keamanan  pangan.  Masyarakat  dihimbau  untuk  lebih  berhati-hati  dalam
               memilih pangan yang akan dikonsumsi dengan CEK KLIK (Kemasan, Label, Izin Edar,
               dan Kedaluarsa).
   90   91   92   93   94   95   96   97   98   99   100