Page 90 - Intensifikasi Pengawasan Pangan Nataru 2020
P. 90
Judul : Waspada! Makanan Ilegal dan Kedaluwarsa Masih Beredar
Nama Media : magelangekspres.com
Tanggal : 24 Desember 2019
Halaman/URL:https://magelangekspres.com/2019/12/24/waspada-makanan-ilegal-
dan-kedaluwarsa-masih-beredar/
Tipe Media : Online
batampos.co.id – Badan Pengawas
Obat dan Makanan (BPOM)
menyebut kebutuhan masyarakat
akan bahan pangan selalu
meningkat saat menjelang hari raya.
Kesempatan tersebut dilakukan
pengusaha nakal untuk menjual
produk impor ilegal, rusak, hingga
kedaluwarsa dengan harga murah.
Tahun 2019, temuan produk pangan
tidak memenuhi ketentuan itu lebih
banyak dari tahun lalu.
Kepala BPOM, Penny K. Lukito, menuturkan, ada 188.768 produk pangan kemasan
tidak layak yang berhasil diamankan dari 1.152 sarana distribusi di seluruh Indonesia.
Baik dari ritel, importir, distributor, hingga toko grosir. Dari jumlah tersebut, 50,97
persen atau sekitar 94.384 buah di antaranya adalah produk pangan tanpa izin edar
alias ilegal. Artinya, produk tersebut belum terdaftar di BPOM.
Barang ilegal tersebut paling banyak ditemukan pada distributor maupun importir.
”Bengkulu, Banten, Gorontalo, Riau, dan Bali merupakan lima besar daerah yang
paling banyak ditemukan produk pangan ilegal,” papar Penny di kantornya, kemarin.
Sementara itu, BPOM banyak mendapati produk kedaluwarsa ketika barang sudah
masuk ke ritel dan toko grosir.
Dari total 88.760 produk temuan di ritel dan grosir, 45.718 produk kedaluwarsa. Penny
mengimbau masyarakat agar pandai memilih produk pangan di ritel maupun toko
grosir.
”Cek kemasan dan label kedaluwarsa,” tegasnya.
Khususnya untuk, mi instan, pasta, ikan kaleng (sarden), bahan kue, hingga minuman
kemasan siap konsumsi.
Sulawesi Selatan (Sulsel), Nusa Tenggara Timur (NTT), Bengkulu, Sulawesi
Tenggara, dan Papua Barat merupakan daerah yang banyak ditemui produk pangan
kadaluwarsa.

