Page 91 - Intensifikasi Pengawasan Pangan Nataru 2020
P. 91
Kepala BPOM Sulsel, Abdul Rahim, membenarkan banyaknya temuan tersebut. Kata
dia, temuan produk pangan kedaluwarsa dan rusak paling banyak dilakukan oleh
kantor cabang BPOM di Palopo.
Kata dia, mereka menemukan lokasi penyimpanan produk di wilayah Palopo dan
Luwu Raya, yang memang merupakan produk tak layak konsumsi.
Pun semuanya telah disita oleh BPOM kemudian ada rekomendasi ke pemda untuk
menyetop sementara toko yang ditemukan melanggar.
“Upaya ini sudah kami lakukan. Semua telah kami sita, dan tak boleh lagi dijual. Cuma
soal pencabutan izin itu kewenangan pemerintah setempat. Kami hanya
rekomendasi,” tambahnya.
Deputi bidang Pengawasan Pangan Olahan, Reri Indriani, mengakui temuan pangan
tak layak tahun 2019 meningkat daripada tahun lalu. Yakni sejumlah 164.998
kemasan.
”Karena selama setahun ini ada penambahan sekitar 495 sarana distribusi baik
importir, distributor, ritel, maupun grosir,” jelas Reri.
Mayoritas temuan, lanjut dia, memang banyak ditemukan di daerah perbatasan.
Sebab, di daerah itu banyak terdapat pelabuhan sebagai pintu masuk barang-barang
impor.
Sementara, personel BPOM di seluruh Indonesia terbatas.Selain itu, permintaan
masyarakat meningkat.
Sedangkan, ketersediaan barang terbatas. Apalagi jelang Natal 2019 dan tahun baru.
2020.
”Makanya, banyak para pengusaha, importir, dan pedagang mendatangkan produk
ilegal. Bahkan produk yang mendekati kedaluwarsa untuk kemudian dirangkai dalam
bentuk parsel. Sehingga label kedaluwarsa dan kemasan penyoknya tidak terlihat,”
beber Reri.