Page 92 - Intensifikasi Pengawasan Pangan Nataru 2020
P. 92
Judul : Temuan Produk Pangan Tak Layak Meningkat
Nama Media : prokal.co
Tanggal : 24 Desember 2019
Halaman/URL:https://kaltim.prokal.co/read/news/364852-temuan-produk-pangan-
tak-layak-meningkat.html
Tipe Media : Online
PROKAL.CO, JAKARTA- Badan
Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM) menyebut kebutuhan
masyarakat akan bahan pangan
selalu meningkat saat menjelang hari
raya. Kesempatan tersebut
dilakukan pengusaha nakal untuk
menjual produk impor ilegal, rusak,
hingga kadaluwarsa dengan harga
murah. Tahun 2019, temuan produk
pangan tidak memenuhi ketentuan
itu lebih banyak dari tahun lalu.
Kepala BPOM Penny K. Lukito menuturkan, ada 188.768 produk pangan kemasan
tidak layak yang berhasil diamankan dari 1.152 sarana distribusi di seluruh Indonesia.
Baik dari ritel, importir, distributor, hingga toko grosir. Dari jumlah tersebut, 50,97
persen atau sekitar 94.384 buah di antaranya adalah produk pangan tanpa izin edar
alias ilegal. Artinya, produk tersebut belum terdaftar di BPOM.
Barang ilegal tersebut paling banyak ditemukan pada distributor maupun importir.
"Bengkulu, Banten, Gorontalo, Riau, dan Bali merupakan lima besar daerah yang
paling banyak ditemukan produk pangan ilegal," papar Penny di kantornya.
Sementara itu, BPOM banyak mendapati produk kadaluwarsa ketika barang sudah
masuk ke ritel dan toko grosir. Dari total 88.760 produk temuan di ritel dan grosir,
45.718 produk kadaluwarsa.
Penny mengimbau masyarakat agar pandai memilih produk pangan di ritel maupun
toko grosir. "Cek kemasan dan label kadaluwarsa," tegasnya. Khususnya untuk, mie
instan, pasta, ikan kaleng (sarden), bahan kue, hingga minuman kemasan siap
konsumsi.
Sulawesi Selatan (Sulsel), Nusa Tenggara Timur (NTT), Bengkulu, Sulawesi
Tenggara, dan Papua Barat merupakan daerah yang banyak ditemui produk pangan
kadaluwarsa. Kepala BPOM Sulsel Abdul Rahim membenarkan banyaknya temuan
tersebut. Kata dia, temuan produk pangan kedaluarsa dan rusak paling banyak
dilakukan oleh kantor cabang BPOM di Palopo.
Kata dia, mereka menemukan lokasi penyimpanan produk di wilayah Palopo dan
Luwu Raya, yang memang merupakan produk tak layak konsumsi. Pun semuanya