Page 25 - Intensifikasi Pengawasan Pangan Jelang Natal Tahun 2020 dan Tahun Baru 2021_Neat
P. 25
"Sementara pangan rusak banyak ditemukan di Kendari, Baubau, Manado, Sorong,
dan Sofifi," ungkapnya
Kegiatan intensifikasi pangan ini, kata Penny, merupakan tindak pengawasan post-
market yang dilakukan untuk melengkapi pengawasan rutin yang dilakukan BPOM,
di samping kegiatan operasi atau pengawasan dengan target khusus.
Kegiatan ini, menurut Penny, sekaligus dimanfaatkan untuk mengantisipasi potensi
bahaya yang dapat timbul dari produk pangan yang dianggap Tidak Memenuhi
Ketentuan (TMK) yang jumlahnya cenderung meningkat pada hari-hari besar. Hal itu
dikarenakan meningkatnya permintaan (demand) dan persediaan (supply)
kebutuhan pangan.
"Melalui intensifikasi yang dilakukan oleh 33 Balai Besar/Balai POM dan 40 Kantor
Badan POM di Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia, pengawasan berfokus pada
pangan olahan Tanpa Izin Edar (TIE)/ilegal, kedaluwarsa, dan rusak. Intensifikasi ini
sudah dimulai sejak akhir November 2020," ungkap Penny.
Menurut Penny, dibandingkan dengan intensifikasi pengawasan pangan yang
dilakukan BPOM pada 2019, terdapat sedikit perbedaan. Antara lain pada
mekanisme pemeriksaan dan jumlah sarana distribusi yang diperiksa.
Pada 2019, pemeriksaan dilakukan secara onsite untuk 3.594 sarana distribusi
pangan (importir, distributor, grosir, dan ritel). Sementara pada 2020 ini, sebanyak
2.687 sarana distribusi dilakukan pengawasan secara onsite maupun virtual.
Perubahan itu, menurut Penny, dipengaruhi juga akibat keterbatasan mobilitas
petugas selama masa pandemi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap sarana
distribusi yang berjualan secara online.
"Pada tahun 2019, temuan pangan TMK lebih banyak disebabkan oleh pangan
kedaluwarsa (59,72%). Tahun 2020 ini, temuan pangan TMK juga didominasi oleh
pangan kedaluwarsa, namun jumlahnya meningkat, yaitu menjadi 63,07%. Hal ini