Page 40 - PEMBERITAAN HASIL PENGAWASAN PRODUK MI INSTAN ASAL INDONESIA DI TAIWAN.pdf
P. 40
BPOM menyebut metode analisis yang digunakan BPOM Taiwan adalah metode penentuan 2-Chloro
Ethanol (2-CE), yang hasil ujinya dikonversi sebagai EtO. Karena itu, kadar EtO sebesar 0,187 ppm
setara dengan kadar 2-CE sebesar 0,34 ppm.
Sementara, Indonesia melalui Keputusan Kepala BPOM Nomor 229 Tahun 2022 tentang Pedoman
Mitigasi Risiko Kesehatan Senyawa Etilen Oksida telah mengatur Batas Maksimal Residu (BMR) 2-CE
sebesar 85 ppm. Maka, kadar 2-CE yang terdeteksi pada sampel mi instan di Taiwan (0,34 ppm) masih
jauh di bawah BMR 2-CE di Indonesia dan di sejumlah negara lain, seperti Amerika dan Kanada.
Dengan demikian, BPOM menyatakan produk mi instan tersebut masih aman dikonsumsi karena telah
memenuhi persyaratan keamanan dan mutu produk sebelum beredar. Sampai saat ini, Codex
Alimentarius Commission (CAC) sebagai organisasi standar pangan internasional di bawah World
Health Organization/Food and Agriculture Organization (WHO/FAO) belum mengatur batas maksimal
residu EtO.
"Beberapa negara pun masih mengizinkan penggunaan EtO sebagai pestisida," sambung penjelasan
BPOM.
Langkah Antisipasi BPOM dan Perintah pada Produsen Mi Instan
Untuk melindungi kesehatan masyarakat dan mencegah terjadinya temuan berulang terhadap produk
sejenis yang berpotensi merusak reputasi produk Indonesia, BPOM menyiapkan sederet langkah.
Langkah-langkah itu meliputi:
1. Menerbitkan Keputusan Kepala BPOM Nomor 229 Tahun 2022 tentang Pedoman Mitigasi Risiko
Kesehatan Senyawa Etilen Oksida sebagai upaya pro aktif pemerintah memberikan perlindungan
masyarakat dan acuan bagi pelaku usaha untuk segera memitigasi risiko.
2. Melakukan sosialisasi/pelatihan secara berkala kepada asosiasi pelaku usaha dan eksportir produk
pangan, termasuk eksportir ke Taiwan, terkait dengan peraturan terbaru yang berlaku di negara tujuan
ekspor.
3. Mengusulkan EtO dan 2-CE sebagai priority list contaminant for evaluation by Joint FAO/WHO
Expert Committee on Food Additives (JECFA).
Di sisi lain, BPOM juga telah memerintahkan para pelaku usaha, termasuk PT Indofood CBP Sukses
Makmur Tbk, untuk memitigasi risiko. Langkah yang diambil guna mencegah terjadinya kasus berulang
dengan melakukan hal sebagai berikut:
1. Menjaga keamanan, mutu, dan gizi produk pangan olahan yang diproduksi dan diekspor serta
memastikan bahwa produk sudah memenuhi persyaratan negara tujuan ekspor.
2. Memastikan penanganan bahan baku yang digunakan untuk seluruh produk baik lokal maupun ekspor
agar tidak tercemar EtO, antara lain: memilih teknologi pengawetan bahan baku dengan menggunakan