Page 21 - BADAN POM DUKUNG PENUH PENINGKATAN INVESTASI INDUSTRI FARMASI
P. 21
oleh Chong Kun Dang seperti Oxaliplatin, Gemcitabine, dan Docetaxel juga akan diproduksi
dan didistribusikan secara lokal.
"CKD OTTO Pharma menargetkan untuk menguasai 30% pangsa pasar obat anti kanker di
Indonesia dalam lima tahun ke depan dan menjadikan fasilitas di Indonesia sebagai basis
produksi untuk target pasar di Timur Tengah, Afrika Utara (MENA), Eropa, dan sepuluh
negara ASEAN," patok Baik In Hyun, yang menyebutkan bahwa CKD OTTO akan fokus pada
pasar lokal lebih dulu, yang nantinya jika memasuki pasr ekspor, target komposisi lokal dan
ekspor 50:50.
Guna mencapai 30% pangsa pasar tersebut, diuraikan Baik In Hyun, sejumlah strategi siap
dijalankan. Di antaranya, memperoleh sertifikasi halal pertama untuk pabrik obat onkologi,
menggunakan teknologi dari Korea, dan pabrik CKD OTTO berdedikasi hanya untuk
memproduksi dan memasarkan obat Onkologi.
Ditambahkan Prof. Dr. dr. Nila Djuwita Faried Anfasa Moeloek, SpM., Menteri Kesehatan
Indonesia, biaya pengobatan kanker nasional secara total dari tahun ke tahun pun meningkat.
“Tahun lalu biaya BPJS Kesehatan untuk penyakit katastropik menyedot paling besar Dana
Jaminan Sosial sebesar Rp 1,2 triliun, sekitar 20-30% dihabiskan untuk pengobatan kanker,”
ucapnya. Penyakit yang teridentifikasi sebagai penyakit katastropik antara lain cirrhosis
hepatis, gagal ginjal, penyakit jantung, kanker, stroke, serta penyakit darah (thallasemia dan
leukemia).
Menurut Nila, joint venture ini patut diapresiasi karena dapat menjadi salah satu solusi
sekaligus menjadi transfer ilmu bagi Indonesia. "Sebab, jika Indonesia membangun pabrik
sendiri tentu saja membutuhkan waktu yang cukup lama. Selain itu, joint venture ini juga akan
membuat harga obat onkologi menjadi lebih murah, karena tidak ada biaya pengiriman atau
distribusi dari luar negeri," lanjutnya.
Diimbuhkan CEO Mensa Group Jimmy Sudharta, rencananya obat onkologi yang diproduksi
di pabrik Cikarang ini akan diekspor. "Namun, untuk rencana ekspor ini, kami memang harus
bertahap, karena harus melewati perizinan dan audit dari negara yang ingin diekspor. Sebagai
tahap awal, kami produksi untuk pasar Indonesia lebih dahulu. Dan, obat ini sudah masuk
eKatalog dan BPJS," tutupnya.