Page 102 - Gadis_Rempah
P. 102

ak seorang pun tahu apa yang akan terjadi besok.  “Ning, aku ada perlu,” tiba-tiba saja suara
 Tak seorang pun tahu apa yang telah disiapkan  berat dan parau itu mengejutkan Naning. Wak
 TTuhan untuk kita di pagi hingga malam hari nanti.  Parjan, si pemilik suara datang tergesa-gesa
 Setiap hari adalah kejutan yang pasti. Tidak ada yang bisa   dan kini sudah berdiri di depan tokonya.
 dimungkiri, tidak ada yang bisa dihindari.   Apa yang diinginkan Wak Parjan di jam
 Pagi di Pasar Rempah Pabean bagi Naning adalah  ramai macam ini? pikir Naning dengan agak
 waktu yang panjang. Dini hari hingga siang hari adalah  sedikit kesal. Saat itu, pasar tengah ramai-
 waktu yang paling ramai di pasar. Tengkulak-tengkulak  ramainya. Banyak tengkulak rempah datang
 besar yang datang dari berbagai daerah di Jawa Timur  silih berganti. Belum lagi berkarung-karung
 hingga Jawa Tengah banyak berdatangan ke tokonya.   rempah yang baru turun dari truk dan belum
 Toko milik Naning adalah toko rempah tertua dan  dicek Naning satu per satu.
 terbesar di pasar rempah legendaris, Pabean. Tidak hanya  “Ning …,” Wak Parjan kembali memanggil.
 karena toko tersebut telah diwariskan tiga generasi selama  Wanita  separuh  baya  itu  hanya  melirik
 hampir satu abad, tapi toko tersebut juga menjual rempah  sebentar padanya lalu kembali melanjutkan
 dengan jenis paling lengkap. Ada puluhan jenis rempah, baik   pekerjaannya. Sungguh ini bukan waktu yang
 segar maupun kering dengan jumlah yang melimpah.  tepat untuk bercakap-cakap. Bukankah Wak
 Pagi hari biasanya Naning selalu disibukkan dengan  Parjan tahu, sekarang adalah jam sibuknya
 melayani pembeli. Pembeli umumnya tengkulak yang akan  Naning dan dia tidak pernah menerima tamu
 menjual kembali rempahnya. Banyak pelanggannya juga  di jam sibuk. Dia tidak pernah menerima tamu
 pekerja di industri jamu modern yang membeli rempah untuk   yang tidak punya urusan selain terkait rempah
 komposisi utama produknya.   di tokonya. Harusnya Wak Parjan tahu itu
                          karena tukang becak itu sudah mengantarnya
 Mendekati siang bukan berarti waktu istirahat bagi
                          sejak sepuluh tahun terakhir, pikir Naning
 Naning di tokonya. Biasanya, justru di siang hari selalu saja
                          sedikit kecewa dengan sikap Wak Parjan.
 kiriman rempah dari berbagai pelosok negeri banyak yang
 datang. Rempah-rempah itu sebagian besar dikirim dari  “Kayu manis satu kuintal, biji pala satu kuintal,
 Maluku dan Sumatra Barat.  lada hitam dua kuintal, lada putih tiga kuintal …,”
                          Naning memeriksa satu per satu karung-karung
 Meskipun hanya memiliki sepuluh karyawan tetap
                          rempah yang baru saja diturunkan kuli angkut dan
 untuk melayani pembeli, selalu banyak kuli angkut yang
                          dimasukkan ke tokonya.
 menawarkan diri untuk membantu Naning setiap hari.




 93  Bab 7 — Kejutan                             Gadis Rempah  94
   97   98   99   100   101   102   103   104   105   106   107