Page 54 - Gadis_Rempah
P. 54

aktu tidak dapat diperlambat atau dipercepat.  “Selama-lamanya  anak  belajar  paling
 Waktu bergulir mengikuti alur alam yang pasti,   lama dua jam, tapi kau hampir seharian di
 Wteratur, dan rapi. Waktu bukan pula barang  situ, Arumi. Apa tidak lelah punggung dan
 dagangan yang bisa ditawar-tawar. Waktu tidak merasa  matamu?” tanya Naning satu waktu. Dia
 perlu menanyakan kesiapan seseorang, termasuk Arumi,  merasa benar-benar heran dengan kebiasaan
 yang akhir-akhir ini merasa waktu terasa begitu cepat  belajar anak gadis semata wayangnya itu.
 bergulir. Tiba-tiba saja sudah kelas dua belas. Tiba-tiba saja   Namun, seperti biasa Arumi hanya menjawab
 sudah mau lulus. Tiba-tiba saja seleksi masuk PTN. Tiba-tiba   dengan gelengan kepala saja.
 saja sudah mendekati batas akhir lomba. Deadline.  Masih  di  dalam  kamarnya,  tiba-tiba

 DEADLINE. Arumi menatap sayu satu kata di dinding   nada dering gawai berbunyi membuyarkan
 itu. Kata itu sengaja dicetak besar dan tebal lalu ditempel  lamunan Arumi. Arumi berbalik melempar
 tepat di dinding di depan meja. Setiap Arumi duduk di  pandangannya ke atas laci. Di sana biasanya
 kursinya, kata itu tidak mungkin dilewatinya.   Arumi meletakkan gawainya.
 Biasanya di bawah kata itu terdapat banyak sekali  “Arumi! Lagi sibuk apa, nih, kakak desainer?”
 kertas warna-warni mini bertuliskan tugas-tugas Arumi  tanya Dinda centil dari ujung gawai di sana.
 dan  deadline  macam-macam lomba desain. Namun, kali  “Sibuk ngelamun!” jawab singkat Arumi
 ini hanya ada dua kertas menempel di sana. Sebuah kertas   seenaknya.
 hijau muda bertuliskan Pengumuman Siswa Berprestasi,
                              Terdengar Dinda tertawa terpingkal-pingkal..
 dan satu kertas lagi berwarna biru muda bertuliskan
                              “Memang desainer gitu  amat, ya? Kalau
 DEADLINE LOMBA KEMENPAREKRAF.
                          gak  mendesain, ya melamun. Ujung-ujungnya
 “Duuuh ...!" Belum dapat ide, nih?! keluh Arumi seorang
                          hasil lamunan jadi desain juga ‘kan, ya?
 diri di kamarnya. “Tinggal lima hari lagi. Duh duh duuuh!”
                          Hahaha …,” tawa Dinda makin kencang.
 Berkali-kali gadis itu mondar-mandir di kamarnya sambil
                              “Iiihh ... awas ya, ngeledek terus!” ucap
 sesekali memijat kepalanya yang tidak sedang pusing.
                          Arumi sok ketus.
 Arumi lalu duduk di atas kursi menghadap laptop dan
                              “Tumben banget ketus, hehe. Lagi PMS  ya?
 meja belajarnya. Ibunya, Naning, pernah mengatakan meja
                          Udaah deh  ... daripada ngelamun aja, kita jalan-
 itu lebih tepat disebut meja kerja daripada meja belajar
                          jalan yuk. Ini hari Minggu gitu lho …,” bujuk Dinda.
 karena bagi Naning tidak ada orang belajar menghadap
 mejanya lebih lama dari Arumi.   “Ke mana?” tanya Arumi.
                              “Cari camilan VG buat ayahku, yuk” ajak Dinda.
                              “VG? Apa itu?” tanya Arumi heran.

 45  Bab 4 — Di sebuah restoran                  Gadis Rempah  46
   49   50   51   52   53   54   55   56   57   58   59