Page 73 - Gadis_Rempah
P. 73

Seolah pantang menyerah, Pras kembali                                “Oh ... baik, baik. Maaf sudah mengganggu waktu Ibu.
                       mendekati Naning dan bertanya, “Si mbak anak                         Saya pamit dulu. Barangkali suatu saat Ibu butuh bantuan,
                       ibu tadi, kok tidak bantu-bantu di sini, Bu?”                        silakan menghubungi saya,” pinta Pras seraya meninggalkan
                                                                                            kartu nama di atas timbangan digital besar yang tegak berdiri
                           Naning menarik napas panjang. Tidakkah pria
                                                                                            di samping Naning.
                       muda ini tahu jawaban atas pertanyaannya sendiri?
                       Memangnya apa yang bisa dilakukan gadis muda                             Begitulah pertemuan singkat Naning dengan Pras.
                       seperti Arumi di toko besar yang penuh dengan                        Naning tidak mengerti mengapa Wak Parjan merasa perlu
                       gunungan karung rempah seperti ini?                                  menceritakan banyak hal tentang dirinya dan Arumi pada

                           “Toko rempah Bu Naning ini yang paling                           anak angkatnya itu. Naning juga tidak mengerti mengapa
                       tua dan yang paling besar di pasar ini. Menjadi                      Pras banyak menghabiskan waktu tugasnya hanya untuk
                       distributor rempah terbesar di Jawa Timur. Bu                        menanyai dirinya.
                       Naning sungguh luar biasa menjalankan bisnis
                                                                                                Bahkan, Naning tidak pernah berpikir jika Pras akan
                       besar ini hanya dibantu sepuluh karyawan
                                                                                            menanyakan Arumi di kemudian hari. Tentu saja, Naning
                       saja,” kata Pras sambil mengamati papan nama
                                                                                            tidak berpikir atau berprasangka apa pun pada pemuda itu.
                       toko bertuliskan TOKO REMPAH OETAMI yang
                                                                                            Apalagi memikirkan Arumi untuk menikah di usia muda.
                       terbuat dari baja tua penuh karat. “Semangat
                                                                                            Naning paham betul kalau anak gadisnya itu masih jauh
                       Bu Naning mirip Wak Parjan, paman saya.
                                                                                            dari keinginan menikah.
                       Meskipun  saya  sudah  berjanji  menjamin
                       hidupnya, beliau tetap ingin mengayuh becak                              “Ning?” tanya Wak Parjan kembali memecah lamunan
                       tuanya yang sudah hampir punah di Surabaya,”                         Naning. Laki-laki tua itu seolah sangat berharap segera
                       papar Pras dengan bangganya.                                         mendapat jawabannya.
                           Pada akhirnya, Naning tidak mampu lagi                                “Beri tahu Pras, buat apa menunggu anak sekolah.
                       berbasa-basi di depan Pras. Naning mulai                             Apalagi, sebentar lagi Arumi kuliah. Lama …,” dengan cepat
                       merasa terganggu. Terlebih setelah melihat                           Naning menangkap dan memotong pikiran liar Wak Parjan.
                       pembeli mulai ramai memasuki tokonya.
                                                                                                “Kuliah juga buat apa, Ning? Bukankah anak perempuan
                           “Maaf, Nak Pras. Toko sudah mulai ramai. Bila
                                                                                            akhirnya masak di dapur juga?” tangkis Wak Parjan tak
                       tidak keberatan, saya mau melanjutkan pekerjaan
                                                                                            kalah cadasnya.
                       saya,” pungkasnya.
                                                                                                Degg. Naning seolah ditampar oleh kalimat terakhir
                                                                                            Wak Parjan. Bukankah dirinya dulu juga hampir lulus


              65  Bab 5 — Sungai Kalimas dan laki-laki bernama Pras                                                           Gadis Rempah  66
   68   69   70   71   72   73   74   75   76   77   78