Page 78 - Gadis_Rempah
P. 78

“Masyaallah,” berkali-kali Naning mencium sweater   “Ning, tolong jangan kau ajak Arumi ke Pasar Pabean
 itu. Kedua matanya berkaca-kaca. Rupanya diam-diam  tiap hari,”  pinta Handoko suatu malam.
 Handoko tahu kalau Naning sangat membutuhkan sweater.
                   “Apa salahnya?” tanya Naning kesal mendengar
 Naning mendekatkan sweater itu di hidungnya. Harum   permintaan suaminya itu.
 kapur barus. Tentu saja Arumi hafal apa saja yang disukai
 ibunya. Wangi kapur barus lebih disukainya daripada  “Aku melihat bakat Arumi itu menggambar. Bukan
 wangi minyak bunga-bunga yang dijual di toko parfum.  berdagang rempah. Aku mengizinkanmu meneruskan bisnis
               rempah keluargamu, tapi tidak kepada Arumi!” dengan suara
 “Kapur barus itu rempah dari Sumatra, Nduk. Ibu suka
               pelan, tapi tegas Handoko berkata kepada Naning.
 baunya yang segar.”
                   Naning terdiam. Kata-kata Handoko seakan mengiris
 Seperti bapaknya, gadis kecil itu hanya manggut-
               hatinya. Tajam dan menyakitkan. Dirinya menganggap
 manggut  setiap ibunya berbicara tentang rempah. Bukan
               bahwa suaminya ini sedang menganggap rendah apa yang
 hanya tiap hari, melainkan juga tiap saat. Arumi bahkan
               dilakukannya terkait rempah. Bagi Naning, siapa pun
 mengingat, setiap Naning berkata-kata, selalu ada rempah
               yang merendahkan rempah bagi Naning sama dengan
 di dalam kalimatnya.
               merendahkan dirinya.
 Tidak ada sebiji rempah pun yang tidak dipahami
 Naning. Namanya, bentuknya, baunya, sejarah, dan asal  Handoko  melihat  kekecewaan  di  mata  Naning,
 usulnya, juga khasiat dan manfaatnya.   didekatinya dari belakang istrinya itu.

 Kakek buyut dan orang tua Naning pedagang rempah  “Aku tidak bermaksud menghinamu, Ning. Juga tidak
 turun-temurun. Setiap hari Naning kecil juga selalu menemani   menghina rempah-rempahmu. Aku bisa merasakan dan
 ibunya berjalan menyusuri kawasan Pecinan di Jalan Songoyu   melihat bakat Arumi di bidang seni gambar karena aku lebih
 dan hingga tiba di toko mereka di Pasar Pabean.   sering bersamanya. Sementara itu, kau lebih sering di pasar.”
 Kini, meski pusat perbelanjaan banyak bermunculan,   Naning terdiam. Dia merasa semua yang dikatakan
 Pasar Pabean masih menjadi pasar rempah terbesar dan  Handoko benar. Sejak sebelum subuh hingga menjelang magrib,
 terlengkap di Jawa Timur. Pasar ini seolah tak pernah tidur.   Naning banyak menghabiskan waktunya di Pasar Pabean.
 Pagi, siang, sore, bahkan malam hari masih tampak hilir
 mudik pedagang rempah, pembeli hingga para kuli yang  “Aku ingin kelak Arumi kuliah agar bisa jadi orang
 mengangkut rempah-rempah.  hebat di bidang yang disukainya, di bidang seni atau desain,”
               jelas Handoko sambil melingkarkan kedua tangannya di
               pinggang Naning.



 69  Bab 5 — Sungai Kalimas dan laki-laki bernama Pras  Gadis Rempah  70
   73   74   75   76   77   78   79   80   81   82   83