Page 79 - Gadis_Rempah
        P. 79
     Pelukan  Handoko   membuat   Naning   bergeming.                            berwarna ungu pada Wak Parjan. Pria tua itu menerimanya
            Hatinya terlanjur terluka dengan ucapan Handoko. Bahkan,                        dengan mata berbinar.
            saat Handoko melepaskan pelukannya lalu pergi tidur,
                                                                                                Bagaimanapun juga Naning merasa berutang budi kepada
            Naning masih terpaku di depan jendela kamar mereka.
                                                                                            Wak Parjan, tukang becak yang telah setia mengantarnya ke
                Naning tak pernah mengira itu adalah pelukan dan                            Pasar Pabean dan membantunya di toko selama bertahun-
            malam terakhir bersama suaminya. Handoko tertidur dan tak                       tahun sejak Handoko meninggal. Tiba-tiba, Naning merasa tak
            bangun lagi untuk selamanya. Begitu tenang dan mengejutkan.                     patut menolak maksud baik pria tua itu.
                Sejak saat itu, Naning tak pernah lagi mengajak                                 “Jan?”
            Arumi ke Pasar Pabean. Sejak saat itu, Naning tak lagi
                                                                                                Wak Parjan menoleh.
            berani berharap agar Arumi akan menyukai atau bahkan
            meneruskan usaha rempah-rempah keluarganya. Sejak saat                              “Mungkin kau benar soal Arumi. Aku butuh seseorang
            itu, Naning bertekad seorang diri membiayai pendidikan                          dari keluarga untuk membantu tokoku. Jika Arumi tidak mau,
            Arumi hingga menjadi sarjana desain seperti cita-cita                           mungkin saja suaminya mau. Jadi ... tidak ada salahnya jika
            almarhum ayahnya.                                                               Arumi menikah. Siapa tahu suaminya nanti mau membantuku
                                                                                            menjalankan bisnis rempah.”
                Namun, waktu bergulir bukan hanya membawa serta
            kenangan, melainkan juga harapan. Sudah hampir setengah                             “Terus, Ning?” tanya Wak Parjan dengan wajah mulai
            abad usianya, Naning merasa teramat lelah. Pikiran Naning                       serius dan tampak antusias.
            perlahan berubah. Kini, terbit harapannya Arumi agar
            dapat menggantikan posisinya dan meneruskan usaha                                   “Tentang Pras, nanti aku coba bicarakan ke Arumi.
            rempah keluarganya.                                                             Setahuku dia juga belum punya pacar,” ujar Naning pada
                                                                                            tukang becak yang sudah dianggapnya seperti kerabat
                                                                                            sendiri itu.
                                                                                                “Ning, Arumi pasti gak akan menyesal jadi istri Pras.
                Wak Parjan berhenti mengayuh becaknya. Menyadari                            Dia itu dermawan dan pekerja keras seperti kamu, Ning.”
            becak tak lagi bergerak, pelan-pelan Naning menurunkan
            kakinya. Tepat di depan gerbang pasar, kini Naning berdiri.                         Naning mengangguk pelan. Wak Parjan memutar
                                                                                            becaknya dengan wajah bahagia.
                Naning menatap ke atas. Tampak langit Surabaya
            yang masih jingga. Naning menyodorkan tiga lembar uang
              71  Bab 5 — Sungai Kalimas dan laki-laki bernama Pras                                                           Gadis Rempah  72
     	
