Page 16 - Sampul Terkepung
P. 16
“Didin, ayo konsentrasi. Ulangi…!” teriak Kak Seto
tegas.
Didin berusaha menarik nafas dalam-dalam. Satu
kali. Ia tak putus asa untuk mencoba lagi.
“Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia,”
ulang Didin.
Hati Didin lega. Ia berhasil mengucapkan tugasnya
dengan baik, walau harus diulang.
Ternyata yang lupa tugas tidak hanya Didin.
Ara yang mengucapkan darma ke-5, Meika pengucap
darma ke-9, dan Agus pengucap darma ke-10 juga
grogi sehingga lupa di tengah-tengah melaksanakan
tugasnya.
Anak-anak kembali berlatih dari awal. Keringat
yang membasahi kulit tidak mereka hiraukan.
Kesepuluh anak itu harus berlatih dan berlatih lagi
agar dapat bertugas dengan lebih baik. Tidak kurang,
ada sebanyak lima kali mereka harus mengulang latihan
sore itu barulah dirasa cukup. Walaupun lelah, mereka
tetap semangat berlatih hingga senja memerah. Senja
meredup. Lalu, mentari lenyap diterkam bumi.
Waktu yang ditunggu pun tiba. Malam api unggun.
Tepat pukul sembilan. Suara peluit panjang dari salah
satu pembina sepertinya memberi isyarat. Tidak
berselang lama, seluruh lampu di arena perkemahan
dipadamkan. Awalnya gelap. Namun, semakin lama
4