Page 18 - Sampul Terkepung
P. 18

Suara  hentakan  sepatu  Ardi  kembali  mengisi
                 kesunyian.

                      “Dasa Darma Pramuka. Pramuka itu, satu, takwa
                 kepada Tuhan Yang Maha Esa,” ucap Ardi lantang.
                      Baru saja ucapan Ardi lenyap ditelan udara. Kini

                 giliran Didin untuk membuktikan kemampuannya. Anak
                 yang  selalu  bersemangat  ketika  berlatih  Pramuka  itu
                 terlihat  tanpa  ragu  melangkahkan  kakinya  ke dapan.
                 Cukup  satu  langkah.  Obor  yang  menyala  di  tangan
                 kanannya  diterpa  semilir  angin.  Cahayanya  menerpa

                 tubuh  mungilnya,  membentuk  bayang-bayang  di  atas
                 rerumputan.  Setelah  obor  itu  diangkat  ke  udara,
                 bayang-bayang itu semakin terlihat tak beraturan.

                      “Dua,  cinta  alam  dan  kasih  sayang  sesama
                 manusia!”
                      Usai  menuntaskan  kalimatnya,  Didin  berhenti
                 sejenak. Obor itu kembali diturunkan sebatas pinggang.
                 Ia  pun  melangkah  mundur  satu  langkah.  Tuntaslah

                 tugasnya  malam  itu  dengan  baik.  Bahkan,  teramat
                 baik. “Alhamdulillah, Ya Rob…!” syukurnya membuncah
                 dalam hati. Ada rembesan air mata di kelopak matanya.

                 Rasa haru mendekapnya tiba-tiba. Tak sia-sia latihan
                 kerasnya sore tadi.
                      Petugas-petugas  yang  lain  tak  mau  ketinggalan.
                 Mereka  berusaha  sekuat  tenaga  ingin  membuktikan
                 bahwa  dirinya  mampu  melaksanakan  tugas.  Maka,





                                               6
   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23