Page 72 - MODUL 3
P. 72

B.  Membandingkan Hikayat dan Cerpen

                           Hikayat  dan  cerpen  merupakan  karya  sastra  dalam  bentuk  prosa.  Keduanya
                        memiliki  unsur  intrinsik  dan  ekstrinsik.  Hikayat  merupakan  prosa  berbahasa
                        melayu dan cerita yang diangkat istanasentris, menyampaikan hal-hal yang diluar
                        nalar.  Sedangkan  cerpen  menceritakan  kehidupan  sehari-hari  sehingga  menarik
                        untuk  dicermati unsur-unsur  yang membentuknya. Kaidah bahasa dalam cerpen
                        pada penggunaan majas dan konjungsi temporal yang menyatakan urutan waktu
                        dan kejadian: penggunaan majas dan konjungsi banyak ditemukan dalam hikayat.
                        Namun demikian gaya bahasa yang digunakan dalam hikayat berbeda dengan gaya
                        bahasa yang digunakan pada cerpen. Nilai-nilai yang terdapat pada hikayat masih
                        banyak yang sesuai dengan kehidupan saat ini masih banyak nilai yang relevan pada
                        kehidupan saat ini.

                        Tugas  1:  Menganalisis  nilai  yang  masih  relevan  bacalah  kembali  hikayat  Panji
                        Semirang kemudian Analisislah nilai-nilai yang relevan dengan kehidupan saat ini!
                        temukan nilai yang relevan pada hikayat tersebut dengan kehidupan saat ini!

                        Jawab:












                        Tugas 2: membandingkan hikayat dengan cerpen

                        Kerjakan tugas sesuai petunjuk yang diberikan pada setiap nomor!
                        1.  Bacalah kembali hikayat Panji Semirang dan cerpen Nyanyian Jalanan Kota.

                                                   Nyanyian Jalanan Kota
                                                 Karya: Annisa Berliana Dewi
                        Bising suara tak jua berhenti menemani hari kelamku. Aku seakan membisu dalam
                        keramaian kota tersebut. 500 rupiah, 1000 rupiah.. ah, aku tidak bisa mengharap
                        banyak hanya dengan memelas dan menyanyi tak karuan. Memang malu rasanya,
                        saat  melihat  anak-anak  sebayaku  pergi  bersekolah  dengan  rajinnya.  Aku  ingin
                        sekali  melanjutkan  pendidikanku,  seperti  yang  lainnya.  Tapi,  harapan  tinggalah
                        harapan.  Meskipun  cita-citaku  setinggi  langit,  tapi  biaya  tak  ada?  Yah,  mau
                        bagaimana lagi? Emak sakit TBC akut dan sudah tidak kuat lagi mencari kayu bakar
                        di hutan. Abah? Abah pergi entah ke mana sejak aku berusia 5 tahun.




                                                              67
   67   68   69   70   71   72   73   74   75   76   77