Page 67 - MODUL 3
P. 67
“Kami dari negeri Mentawan. Kami hendak pergi ke negeri Kuripan, Raden,”
sahut kepala rombongan.
“O, dari negeri Mentawan? Apa maksud kalian ke Kuripan?” tegur Kuda
Peranca.
“Macam-macam Raden. Ada yang hendak berdagang, ada yang hendak menjual
tenaga atau ada juga yang hendak menyelenggarakan tontonan. Seperti lais,
ronggeng, debus, sunglap, dan macam-macam lagi pertunjukan.”
Jadi kalian semua dari negeri Mentawan ?” Kuda Perwira minta ketegasan sekali
lagi.
“Betul, Raden.”
Kuda Peranca dan Kuda Perwira saling memandang. Kemudian Kuda Perwira
berkata, “Kalian dilarang meneruskan perjalanan ke Kuripan. Kalian mesti ikut
kami menghadap Sri Baginda Panji Semirang Asmarantaka. Raja adil dan budiman.
Di negeri kami, kalian boleh mencari nafkah hidup. Sumber penghidupan luas
terbuka bagi siapa pun.”
Kuda Perwira berhenti berbicara. Memandang muka para pedagang yang
tampak tidak setuju dan agak kesal hatinya. Mereka merasa dibegal dan bakal
menderita rugi. Berdagang di Kuripan sudah kelihatan untungnya, sebab sudah
banyak langganan di sana. Sedangkan di negeri yang baru itu segala-galanya belum
tentu.
“Kami tidak setuju, Raden ! Kami harus meneruskan perjalanan ke Kuripan.
Langganan menunggu kedatangan kami di sana,” sahut kepala rombongan
pedagang. Dan serentak pula pedagang-pedagang itu bangkit hendak berjalan.
Kuda Peranca marah. Sambil menumbukkan pangkal tombaknya ke tanah ia
membentak, “Siapa-siapa tidak mau menurut perintah, kami tangkap. Yang berani
melawan dengan kekerasan kami bunuh ! Mengerti ?”
“Mengerti, Raden ! Kami menurut saja kehendak Raden.” Demikian sahut orang-
orang dari rombongan kesenian. Maka timbullah perpecahan di antara orang-orang
negeri Mentawan itu. Segolongan menurut dan segolongan yang lain
membangkang.
Enam orang pedagang yang pemberani, serentak mencabut keris masing-masing.
Terus menyerang Kuda Peranca dan Kuda Perwira. Timbullah pertikaian. Dua
lawan enam! Dengan sigap kedua prajurit itu memainkan tombak masing-masing.
Mempertahankan diri. Tangkai tombak dipegang sama tengah. Dengan cara
demikian mereka bisa memukul penyerang dengan ujung dan pangkal tombak. Tak!
Musuh kena pukul pangkal tombak. Musuh sempoyongan. Cos! Mata tombak
ditusukkan ke perut musuh. Sur! Darah membersit membasahi tanah.
62