Page 70 - MODUL 3
P. 70
kedatangan tamu agung Sri Baginda Panji Semirang. Permaisuri, Puspa Juita dan
Puspa Sari berpeluk-pelukan, tertawa-tawa oleh karena hatinya terlalu girang.
Girang oleh karena mereka tidak jadi diancam malapetaka, tetapi sebaliknya bakal
mendapat kehormatan menerima kunjungan muhibah Sri Baginda Panji Semirang
yang sudah masyhur namanya itu.
Tak lama kemudian kedengaranlah suara gamelan dan macam-macam bunyi-
bunyian, pertanda tamu agung beserta pengiringnya sudah tiba. Dan kedengaran
pulalah sorak sorai rakyat Mentawan yang menyambut tamu agung itu sepanjang
jalan.
Rakyat Mentawan berdesak-desakan, berjejal-jejal, karena ingin jelas melihat Sri
Baginda yang masyhur karena cantik dan gagah perkasanya itu; yang dikabarkan
sebagai penjelmaan Dewa Kamajaya itu.
Raden Panji nan cantik jelita, naik kuda berwarna putih bersih. Menyambut rakyat
Mentawan dengan senyum manis. Senyum mesra, tanpa dibuat-buat ke luar dari
kalbu bersih sang Nata.
Banyak gadis lupa akan tunangan, karena hati terpikat Raden Panji. Mata
memandang tanpa kedip, mulut ternganga lebar. Jantung berdebar-debar, kaki tak
berasa capek mengikuti Sri Baginda yang naik kuda. Nenek-nenek lupa akan
rambut sudah putih, bertingkah seperti gadis remaja. Hendak berlari menyongsong
Baginda jelita, tapi kaki kaku tak mau diajak cepat-cepat melangkah. Tinggallah
nenek berdiri sendirian, seperti orang-orangan di tengah sawah. Jika kakek tidak
menyeret pulang, maulah nenek menunggu sampai Sri Baginda nanti kembali.
Jika nenek melihat cermin barulah ia sadar, bahwa masa muda sudah lama
meninggalkan dia.
Permaisuri mentawan dan kedua putrinya berdiri tertegun. Matanya terbelalak
seperti mata belalang melihat Sri Baginda Raja Panji Semirang masuk istana, terus
menyembah dengan hormatnya di hadapan Sri Baginda Raja Mentawan. Istana
sunyi senyap, orang-orang mulutnya bungkam, berdiri seperti patung- patung;
seperti dikuasai tenung.
Tutur kata, gerak-gerik Sri Baginda Panji Semirang sangat menarik perhatian
orang-orang Mentawan.
Selesai bersantap sambil beramah-tamah, Panji Semirang mohon diri. Lalu
menitahkan bersiap-siap untuk meninggalkan negeri Mentawan. Kunjungan
muhibah Sri Baginda Panji Semirang sesungguhnyalah meninggalkan kesan baik
yang takkan mudah dilupakan oleh rakyat Mentawan.
Untuk menambah eratnya hubungan persaudaraan, Puspa Juita dan Puspa Sari
diizinkan ayahanda Raja untuk turut serta dengan Sri Baginda Panji Semirang ke
65