Page 18 - buletin-diare
P. 18

KESIMPULAN DAN SARAN

                KESIMPULAN

                1. Berdasarkan Riskesdas
                  1. Prevalensi  diare  klinis  adalah  9,0%  (rentang:  4,2%  -  18,9%),  tertinggi  di  Provinsi      NAD  (4,2%)  dan  terendah  di  DI
                   Yogyakarta (18,9%)
                  2. Berdasarkan kelompok umur, prevalensi tertinggi diare terjadi pada anak balita (1-4 tahun) yaitu 16,7%.
                  3. Prevalensi laki-laki dan perempuan hampir sama, yaitu 8,9% pada laki-laki dan 9,1% pada perempuan
                  4. Prevalensi  diare  lebih  banyak  di  perdesaan  dibandingkan  perkotaan,  yaitu  sebesar  10%  di  perdesaan  dan  7,4  %  di
                   perkotaan.
                  5. Diare cenderung lebih tinggi pada kelompok pendidikan rendah dan bekerja sebagai petani/nelayan dan buruh yang
                  6. Penyebab kematian bayi (usia 29 hari-11 bulan) yang terbanyak adalah diare (31,4%).
                  7. Penyebab kematian anak balita (usia 12-59 bulan), terbanyak adalah diare (25,2%)

                2. Berdasarkan SDKI
                  1. Persentase balita yang mengalami diare adalah 13,7%.
                  2. Prevalensi diare tertinggi adalah pada anak umur 12-23 bulan yaitu 20,7%.
                  3. Prevalensi diare sedikit lebih tinggi pada anak laki-laki (14,8 %) dibandingkan dengan anak perempuan (12,5 %).
                  4. Prevalensi diare lebih tinggi pada balita di perdesaan (14,9 %) dibandingkan dengan perkotaan (12,0 %).
                  5. Persentase  anak balita yang diare dalam 2 minggu sebelum survei dibawa ke fasilitas atau tenaga kesehatan adalah 51%.
                  6. Hanya satu dari tiga (35%) anak yang menderita diare diberi oralit.
                  7. Persentase anak yang  menderita diare tidak mendapatkan pengobatan sama sekali adalah 17 % anak.
                  8. Penderita diare yang mendapatkan makanan padat/lunak, sewaktu diare terdapat 63,6% tetap diberikan makanan padat/
                   lunak seperti biasa, 18,0% pemberian makanan padat/lunak ditambah pemberiannya, 16,6% pemberian makanan lunak/
                   padat dikurangi dan 1,8% pemberian makanan padat/lunak dihentikan.

                3. Berdasarkan Survei Morbiditas Diare
                  1. Kejadian Diare menpunyai tren yang semakin naik pada periode tahun 1996-2010.
                  2. Untuk  angka  kesakitan  diare  balita  Tahun  2000-2010  tidak  menunjukkan  pola  kenaikan  maupun  pola  penurunan
                   (berfluktuasi).
                  3. Proporsi terbesar penderita diare pada balita adalah kelompok umur  6 – 11 bulan yaitu sebesar 21,65%.
                  4. Persentase penderita diare umur < 2 tahun terus mendapatkan ASI sewaktu diare adalah 94,90%, 1,22% mengurangi ASI
                   sewaktu diare dan 1,02% yang menghentikan ASI.
                  5. Proporsi penderita yang diberikan oralit dan obat lainnya adalah 37,0% diberikan oralit, 31,30% diberikan obat-obatan,
                   25,20% tidak diberikan apa-apa, 7,48% diberikan ramuan/jamu, 7,28% diberi LGG dan 5,71% di berikan lain-lain.
                  6. Penderita diare yang mendapatkan makanan padat/lunak, sewaktu diare terdapat 63,6% tetap diberikan makanan padat/
                   lunak seperti biasa, 18,0% pemberian makanan padat/lunak ditambah pemberiannya, 16,6% pemberian makanan lunak/
                   padat dikurangi dan 1,8% pemberian makanan padat/lunak dihentikan

                4. Laporan Rutin Program
                  1. Diare dan gastroenteritis merupakan penyakit urutan pertama yang menyebabkan pasien rawat inap di Rumah Sakit.
                  2. Cakupan pelayanan penderita diare dari tahun 2005-2009 masih di bawah target yang ditentukan.
                  3. Proporsi penderita diberi oralit yang terendah adalah di provinsi DKI Jakarta sebesar 10,6%. Sedangkan proporsi penderita
                   diberi oralit yang mencapai 100%  ada di provinsi DI Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau,  Sumatera Selatan,
                   Sulawesi Tenggara, NTT, Babel.
                  4. Provinsi  yang  jumlah  penderita  diarenya  diberi  antibiotika  tertinggi  adalah  Aceh,  Lampung,  dan  Papua  Barat  masing-
                   masing  sebesar  100%.  Sedangkan  provinsi  dengan  jumlah  penderita  diare  diberi  antibiotik  terendah  adalah  Sumatera
                   Barat (45,6%).
                  5. Pengetahuan petugas kesehatan tentang tata laksana diare yang benar masih rendah (kurang dari 50%).
                  6. Tata laksana diare sesuai standar di puskesmas masing kurang.







                                                                                                           17
   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23