Page 25 - Masa-il-Diniyyah-Buku-Pertama_Dr.-H.-Kholilurrohman-MA
P. 25

kepada Allah agar anda memperoleh syafa'at dari beliau, niscaya
               Allah akan menjadikan beliau pemberi syafaat bagi anda". Cerita
               ini adalah shahih tanpa ada perselisihan pendapat, sebagaimana
               yang dikatakan Imam Taqiyyuddin al Hushni (lihat: Daf'u Syubah
               man Syabbaha wa Tamarrada, hlm. 74 dan 115).
                     Dalam kitab Tuhfah Ibn 'Asakir, sebagaimana dikutip oleh as-
               Samhudi  dalam  Wafa'  al  Wafa,  juz  IV,  hlm.  1405  bahwa  ketika
               Rasulullah  dimakamkan,  Fatimah  datang  kemudian  berdiri  di
               samping  makam  beliau  lalu  mengambil  segenggam  tanah  dari
               makam  dan  ia  letakkan  (sentuhkan)  tanah  itu  ke  matanya
               kemudian ia menangis…".
                     Dalam  kitab  al  Ilal  wa  Ma'rifat  ar-Rijal,  juz  II,  hlm.  35,
               dituturkan  bahwa  aku  (Abdullah,  putra  Ahmad  ibn  Hanbal)
               bertanya  kepadanya  (kepada  ayahnya,  Imam  Ahmad)  tentang
               orang  yang  menyentuh  mimbar  nabi  dengan  niat  agar
               mendapatkan  berkah  dengan  menyentuh  dan  menciumnya,  dan
               melakukan  hal  yang  sama  atau  semacamnya  terhadap  makam
               Rasulullah  dengan  niat  mendekatkan  diri  kepada  Allah  'azza
               wajalla.  Imam Ahmad menjawab: "Tidak mengapa (la ba'sa bi dzalik)".
                     Lebih dari itu, para ulama dalam kitab-kitab karangan mereka
               telah menjelaskan bahwa ziarah ke makam Rasulullah hukumnya
               adalah sunnah dan selalu disebutkan dalam rangkaian manasik haji
               (lihat kitab-kitab fiqh tentang manasik haji seperti al Idlah karya an-
               Nawawi, at-Tadzkirah karya Ibn 'Aqil al Hanbali dan lain-lain). Dan
               hukum  kesunnahan  itu  adalah  ijma'.  Di  antara  mereka  yang
               menegaskan  hal  tersebut  adalah  Imam  Taqiyyuddin  as-Subki
               dalam kitab Syifa' as-Saqam Fi Ziyarah Khair al Anam, hlm. 65-66, al
               Qadli 'Iyadl al Maliki dalam karyanya asy-Syifa bi Ta'rif Huquq al
               Mushthafa juz II, hlm. 83, Imam an-Nawawi dalam Matn al 'Idlah fi



                                               21
   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30