Page 29 - Masa-il-Diniyyah-Buku-Pertama_Dr.-H.-Kholilurrohman-MA
P. 29
tidak diharamkan Allah. Mereka mengharamkan berkumpulnya
kaum laki-laki dan kaum perempuan, padahal bukan khalwah
[berdua-duaan], tidak terdapat persentuhan antara kaum laki-laki
dan kaum perempuan dan kaum perempuan tersebut menutup
aurat [tidak membuka kepala atau semacamnya]. Orang yang
mengharamkan semacam ini hanya mengada-ada; mereka tidak
memiliki dalil.
Ikhthilath terbagi kepada dua bagian; ikhthilath yang boleh dan
ikhthilath yang diharamkan. Ikhthilath yang boleh adalah yang tanpa
adanya persentuhan antara tubuh dan bukan khalwat (berdua-
duaan) yang diharamkan. Ikhthilath yang diharamkan adalah yang
terdapat persentuhan [berbaur hingga bersentuhan] antara kaum
laki-laki dan perempuan. Hal ini seperti yang telah dijelaskan oleh
Syekh Ibn Hajar al-Haytami dalam al-Fatawa al-Kubra, dan syekh
Ahmad ibn Yahya al-Wansyuraysyi [ulama abad 10 H] dalam
karyanya al-Mi’yar al-Mu’rib; sebuah kitab yang memuat fatwa-
fatwa ahli fiqh daerah Maghrib (Maroko).
5
4
6
7
Al-Bukhari , Muslim , at-Tirmidzi dan an-Nasa’i
meriwayatkan dari Abi Hurairah bahwa salah seorang sahabat
datang kepada Nabi. Nabi kemudian menyuruh para isterinya
untuk menjamunya sebagai tamu, tapi mereka berkata: “Kita tidak
memiliki apapun (untuk jamuan) kecuali air”. Kemudian Nabi
berkata di hadapan para sahabatnya: “Siapakah yang siap
4 Shahih al-Bukhari: Kitab Manaqib al-Anshar: Bab firman Allah: [
].
5 Shahih Muslim: Kitab al-Asyribah: Bab Ikram adl-Dlaif wa Fadli itsarihi.
6 Sunan at-Tirmidzi: Kitab Tafsir al-Qur’an min Surat al-Hasyr. Ia berkata
hadits shahih.
7 Sunan an-Nasa’i al-Kubra: Kitab at-Tafsir: Bab firman Allah: [
].
25