Page 8 - Masa-il-Diniyyah-Buku-Pertama_Dr.-H.-Kholilurrohman-MA
P. 8
sekitar dua ratus sahabat yang mencapati tingkatan Mujtahid dan
ini pendapat yang lebih sahih. Jika keadaan para sahabat saja
demikian adanya maka bagaimana mungkin setiap orang muslim
yang bisa membaca al Qur’an dan menelaah beberapa kitab berani
berkata: “Mereka (para mujtahid) adalah manusia dan kita juga manusia,
tidak seharusnya kita taqlid kepada mereka”. Padahal telah terbukti
dengan data yang valid bahwa kebanyakan ulama salaf bukan
mujtahid, mereka ikut (taqlid) kepada ahli ijtihad yang ada di
kalangan mereka. Dalam shahih al Bukhari diriwayatkan bahwa
seorang pekerja sewaan telah berbuat zina dengan isteri
majikannya. Lalu ayah pekerja tersebut bertanya tentang hukuman
atas anaknya, ada yang mengatakan: “Hukuman atas anakmu
adalah membayar seratus ekor kambing dan (memerdekakan)
seorang budak perempuan”. Kemudian sang ayah kembali
bertanya kepada ahli ilmu, jawab mereka: “Hukuman atas anakmu
dicambuk seratus kali dan diasingkan satu tahun”. Akhirnya ia
datang kepada Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam bersama
suami perempuan tadi dan berkata: “Wahai Rasulullah
sesungguhnya anakkku ini bekerja kepada orang ini, lalu ia berbuat
zina dengan isterinya. Ada yang berkata kepadaku hukuman atas
anakku adalah dirajam, lalu aku menebus hukuman rajam itu
dengan membayar seratus ekor kambing dan (memerdekakan)
seorang budak perempuan. Lalu aku bertanya kepada para ahli
ilmu dan mereka menjawab hukuman anakmu adalah dicambuk
seratus kali dan diasingkan satu tahun ?”. Rasulullah berkata: “Aku
pasti akan memberi keputusan hukum terhadap kalian berdua dengan
Kitabullah, al walidah (budak perempuan) dan kambing tersebut
dikembalikan kepadamu dan hukuman atas anakmu adalah dicambuk
4