Page 10 - Masa-il-Diniyyah-Buku-Pertama_Dr.-H.-Kholilurrohman-MA
P. 10

tersebut bertayammum, dan membalut lukanya dengan kain lalu
               mengusap kain tersebut dan membasuh (mandi) sisa badannya".
               (H.R. Abu  Dawud  dan lainnya).  Dari  kasus  ini diketahui bahwa
               seandainya  ijtihad  diperbolehkan  bagi  setiap  orang  Islam  untuk
               melakukannya,  tentunya  Rasulullah  tidak  akan  mencela  mereka
               yang memberi fatwa kepada orang junub tersebut padahal mereka
               bukan ahli untuk berfatwa.
                     Kemudian di antara tugas khusus seorang mujtahid adalah
               melakukan qiyas, yaitu mengambil hukum bagi sesuatu yang tidak
               ada  nashnya  dengan  sesuatu  yang  memiliki  nash  karena  ada
               kesamaan dan keserupaan antara keduanya.
                      Maka berhati-hati dan waspadalah terhadap mereka yang
               menganjurkan para pengikutnya untuk berijtihad, padahal mereka
               sendiri, juga para pengikutnya sangat jauh dari tingkatan ijtihad.
               Mereka dan para pengikutnya adalah para pengacau dan perusak
               agama. Termasuk kategori ini adalah orang-orang yang di majelis-
               majelis  mereka  biasa  membagikan  lembaran-lembaran  tafsiran
               suatu ayat atau hadits, padahal mereka tidak pernah belajar ilmu
               agama secara langsung kepada para ulama. Orang-orang semacam
               ini adalah golongan yang menyempal dan menyalahi para ulama
               Ushul  Fiqh.  Karena  para  ulama  ushul  berkata:  “Qiyas  adalah
               pekerjaan seorang mujtahid”. Mereka juga menyalahi para ulama
               ahli hadits.









                                               6
   5   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15