Page 288 - RISALAH QUSYAIRIYAH
P. 288
(kedudukan)? Menurut ulama Khurasan rida termasuk bagian
dari tempat yaitu puncak tawakal. Artinya, rida dapat ditafsiri
sebagai sesuatu yang dapat mengantarkan hamba karena usaha-
nya. Sedangkan menurut ulama Irak, rida termasuk bagian dari
sesuatu yang turun dan bertempat di hati sebagaimana keadaan
yang lain. Mengompromikan dua pandangan itu sangat mungkin
dan baik, yaitu permulaan rida dapat diusahakan oleh hamba.
Ini merupakan bagian dari tempat, sedant (puncak) yant meru-
pakan bagian dari keadaan.Ini tidak dapat diusahakan.
Rida menjadi pembahasan uliama. Di antara mereka ada yang
mercdaksionalkan dengan keadaan dan minuman. Dalam redaksi
ini mereka berbeda pendapat, sebagaimana mereka berbeda pen-
dapat dalam masalah o,ir,.r-"r, dan bagian. Oleh karena ifu, sya-
rat ilmu merupakan kepastian yang harus dipegang, sedang
or.rnt yang rida kepada Allah Swt. tidak diperkenanlcan menen-
tang takdimya.
Saya telah mendengar Ustaz Abu Ali Ad-Daqaq mengata-
kan, "Tidak dapat disebut rida jika seseorant belum pernah
mendapatkan cobaan. Namun, dapat disebut rida iika dia tidak
menentang hukum dan keputusan Allah Swt."
Perlu diketahui bahwa kewajiban hamba adalah rida terha-
dap keputusan yang telah diperintahkan untukrida kepadanya,
karena segala sesuafu tanpa keputusan akan meniadi boleh atau
kewaiiban hamba adalah rida terhadapnya seperti rida terhadap
kemaksiatan dan fitnah ujian orang-orant Islam.
Menurut para turu sufi, rida diibaratkan pintu Allah Swt.
yangbesar. Orang yant memuliakan rida, maka dia akan dip"r-
temukan dengan kecintaan yang paling penuh (utama) dan dimu-
liakan dengan pendekatan yang paLing tinggi. Menurut Abdul
Wahid bin Zaid, rida diibaratkan pintu Allah Swt. yang besar
dan surga dunia. Perlu diketahui bahwa hamba hampir tidak
meridai Allah Swt. kecuali Dia meridakannya. Allah Swt.
berfirman:
{ t rr : iiul > '^i l?r't'& ?n t u*,
"Allah rida kepada mereka dan mereka rida kepada-Nyo.'
(QS. Al-Maidah:119)
274 Sq&t 7r4t - ?1a..
"...u1